Jepang sendiri memiliki sangat sedikit kasus kekerasan yang melibatkan senjata api.
Per 2021, hanya ada 10 kasus kriminalitas terkait senjata api dengan korban satu tewas dan empat terluka.
Delapan dari kesemua kasus ini terkait aktivitas geng.
Baca juga: Kepolisian Jepang Ungkap Motif Pelaku Penembakan Mantan Perdana Menteri Shinzo Abe
Ibu kota Tokyo bahkan tidak mencatatkan kekerasan senjata api sama sekali sepanjang 2021.
Walaupun universitas-universitas besar di Jepang punya klub senapan dan polisinya bersenjata api, kebanyakan warganya hidup tanpa pernah melihat senjata api betulan.
Penusukan adalah tindak kriminal fatal yang lebih umum di Jepang.
Menilik kondisi tersebut, debat mengenai hak memiliki senjata api bagi warga sipil sudah usang di negara itu selama berdekade-dekade.
“Warga Jepang dalam kondisi terkejut (akibat pembunuhan Abe),” kata profesor di Sekolah Manajemen Risiko Universitas Nihon Tokyo, Shiro Kawamoto, kepada Associated Press.
Kawamoto melanjutkan, acara kampanye yang dihadiri Abe dihadiri terlalu banyak orang.
Sehingga, pengamanan sang politikus menjadi tantangan tersendiri.
“Ini terjadi sebagai peringatan bahwa kekerasan senjata api dapat terjadi di Jepang, dan keamanan untuk perlindungan politikus Jepang mesti ditinjau ulang. Berasumsi bahwa serangan seperti ini tidak akan terjadi adalah kesalahan besar,” sambung Kawamoto.
Di lain sisi, laporan bahwa senjata yang digunakan pelaku adalah senjata rakitan memperumit situasi.
Pasalnya, pelaku tidak mendapatkan senjata api secara legal yang diatur undang-undang kontrol senjata api Jepang.
Shinzo Abe sendiri disebut dikawal dengan penjagaan yang relatif longgar.