Mereka menuntut pengunduran diri presiden setelah krisis keuangan selama berbulan-bulan yang melumpuhkan ketahanan pangan dan bahan bakar negara itu.
Sri Lanka telah mengalami kebangkrutan yang membuat rakyatnya menderita.
Rakyat kekurangan makanan dan bahan bakar, pemadaman listrik yang lama, serta inflasi (harga barang dan makanan) yang tinggi.
Kemarahan publik Sri Lanka akibat krisis ekonomi diarahkan ke keluarga Rajapaksa yang dituduh salah urus ekonomi serta diduga korupsi.
Aparat keamanan sebenarnya telah mencoba menghalangi demonstran yang berupaya menerobos masuk.
Aksi baku hantam pun tak terhindarkan.
Setidaknya 34 orang terluka akibat kerusuhan tersebut, termasuk dua personel kepolisian.
Dua orang dilaporkan dalam kondisi kritis sedangkan yang lain mengalami luka ringan.
Selain menyerbu kediaman resmi Presiden Rajapaksa, ratusan demonstran lain menyerbu kantornya yang berada di bibir pantai di dekat kediaman resminya. Demonstran telah berkemah di luar kantor itu selama tiga bulan terkini.
Kondisi WNI di Sri Lanka
Terpisah, Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu) menyampaikan update terbaru soal kondisi warga negara Indonesia (WNI) yang sedang berada di Sri Lanka.
Direktur Pelindungan WNI Kemlu Judha Nugraha menyatakan saat ini kondisi seluruh WNI di Sri Lanka khususnya di kita Kolombo dalam keadaan aman.
"Terdapat sejumlah korban luka akibat unjuk rasa tersebut namun tidak dilaporkan adanya korban jiwa. Tidak terdapat informasi mengenai WNI yang terlibat atau terluka dalam unjuk rasa tersebut," kata Judha saat dikonfirmasi Tribunnews.com, Senin (11/7/2022).
Tak hanya itu, meski kondisi di beberapa objek vital dari digelarnya aksi sempat memanas, namun Judha memastikan kondisinya masih tergolong aman.