TRIBUNNEWS.COM - Sedikitnya tujuh orang tewas dan 70 lainnya cedera akibat serangan rudal oleh pasukan Ukraina di Kota Nova Kakhovka pada Senin (11/7/2022) malam.
Nova Kakhovka merupakan wilayah yang dikuasai Rusia, terletak di wilayah Kherson selatan Ukraina.
Rekaman di media sosial yang belum diverifikasi menunjukkan asap dan percikan api, diikuti oleh bola api besar membumbung ke langit malam.
Gambar juga menunjukkan puing-puing berserakan di jalan-jalan dan bangunan hangus.
Para pejabat dari pemerintahan yang ditempatkan di Rusia mengatakan bahwa Ukraina menyerang dengan rudal HIMARS yang dipasok Amerika Serikat (AS), yang menghancurkan gudang yang mengandung senyawa kimia yang dapat digunakan untuk membuat pupuk atau bubuk mesiu, yang mengakibatkan ledakan besar.
Pejabat Ukraina mengatakan pasukan mereka telah menghancurkan gudang amunisi di Nova Kakhovka.
Baca juga: Putin Permudah Warga Ukraina, Donetsk dan Lugansk Dapat Kewarganegaraan Rusia
Serhiy Bratchuk, juru bicara administrasi Odesa, menulis di saluran Telegramnya bahwa gudang amunisi Nova Kakhovka sekarang "kekurangan" gudang amunisi.
“Sudah pasti ada tujuh orang yang tewas,” TASS mengutip Vladimir Leontyev, kepala administrasi militer-sipil Distrik Kakhovka yang didirikan Rusia.
"Masih banyak orang di bawah reruntuhan. Yang terluka dibawa ke rumah sakit, tetapi banyak orang terhalang di apartemen dan rumah mereka," tambah Leontyev, sebagaimana dikutip dari CNA.
Pembangkit listrik tenaga air kota itu tidak rusak, kata RIA mengutip Kirill Stremousov, wakil kepala administrasi yang dikendalikan Rusia di Kherson.
Ukraina mengatakan pihaknya mengharapkan serangan baru oleh pasukan darat Rusia, menyusul penembakan yang meluas yang menewaskan lebih dari 30 orang.
Baca juga: Pasukan Ukraina Gempur Kherson Dengan HIMARS, Hancurkan Gudang Senjata Rusia, Warga Sipil Ikut Tewas
Sejak Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari dalam invasi darat terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II, ribuan telah tewas.
Sementara itu, jutaan orang mengungsi dan seluruh petak dari beberapa kota Ukraina berubah menjadi gurun.
Kedua belah pihak telah menuduh satu sama lain menargetkan warga sipil meskipun kedua belah pihak menyangkal mereka melakukannya.
Ukraina dan pendukung Baratnya mengatakan bahwa Presiden Vladimir Putin tidak memiliki pembenaran atas apa yang mereka katakan adalah perampasan tanah bergaya kekaisaran terhadap negara yang perbatasannya diakui Moskow sebagai Uni Soviet runtuh.
Putin mengatakan "operasi militer khusus" di Ukraina diperlukan karena Moskow harus membela orang-orang berbahasa Rusia dari penganiayaan yang menurutnya Barat telah abaikan.
(Tribunnews.com/Yurika)