Mata uangnya turun 30 persen, yang memperburuk kesengsaraan negara itu.
Antrean panjang membeli bahan bakar, harga pangan yang naik dengan cepat, dan ketidakmampuan rumah tangga untuk membayar tagihan bulanan mereka, juga telah menyebabkan kritik publik.
Diberitakan The Diplomat, Selasa (28/6/2022), alasan utama di balik keruntuhan ekonomi Laos adalah korupsi.
Perdana Menteri Phankham Viphavanh telah mengakui sebanyak itu, mengatakan kepada Majelis Nasional bahwa penggelapan oleh eksekutif dan staf.
Hal ini juga dikombinasikan dengan manajemen yang buruk.
“Administrasi perusahaan-perusahaan ini biasanya tidak mengikuti rencana bisnis yang sehat."
"Selain itu, perekrutan eksekutif dan staf sebagian besar didasarkan pada nepotisme, dengan faktor-faktor ini menjadi alasan utama kegagalan manajemen yang mendalam,” kata media yang dikelola pemerintah.
Baca juga: Daftar 9 Negara yang Terancam Bangkrut Seperti Sri Lanka akibat Krisis Ekonomi
Pada akhir tahun lalu, menurut angka Bank Dunia, utang publik Laos mencapai 88 persen dari produk domestik bruto dan utang luar negeri sebesar $14,5 miliar.
Vientiane membutuhkan $1,3 miliar per tahun untuk memenuhi kewajibannya hingga tahun 2025, tetapi hanya memiliki cadangan devisa sekitar $1,2 miliar.
2. Myanmar
Pandemi Covid-19 dan ketidakstabilan politik telah memukul ekonomi Myanmar, terutama setelah kudeta militer pada Februari 2021 terhadap pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi.
Myanmar juga terkena sanksi dari Barat, seperti penarikan bisnis besar-besaran.
Kini ekonomi Myanmar diperkirakan mengalami kontraksi minus 18 persen tahun lalu dan diperkirakan tidak akan tumbuh tahun ini.
Lebih dari 700.000 orang telah melarikan diri atau diusir dari rumah mereka karena konflik bersenjata dan kekerasan politik.