Hal ini tentu saja membuat situasi di Myanmar semakin tidak terkendali.
Padahal, Bank Dunia tidak mengeluarkan proyeksi untuk Myanmar pada 2022-2024.
Diberitakan DW pada 1 Februari 2022, kehilangan pekerjaan tahunan Myanmar pada 2021 berjumlah sekitar 8 persen, atau 1,6 juta pekerjaan hilang.
Hal itu menunjukkan penurunan yang cukup besar dari pekerjaan sebesar 20,5 juta pada 2020.
Organisasi Buruh Internasional (ILO) menyatakan dalam laporan Januari 2022, perkiraan tersebut mencakup seluruh angkatan kerja Myanmar, termasuk pekerja ekonomi formal dan informal.
Konstruksi negara, garmen, pariwisata dan industri perhotelan termasuk yang paling terpukul, menurut laporan itu, seperti halnya petani pedesaan.
Baca juga: Sri Lanka Bangkrut Akibat Krisis Ekonomi, Indonesia Bagaimana? Ini Kata Menkeu
Selain itu, diperkirakan 25 juta orang (hampir setengah populasi Myanmar) hidup dalam kemiskinan pada akhir 2021.
Lalu, sebanyak 14,4 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan, lapor ILO.
Sementara, Bank Dunia mengatakan dalam laporan Januari bahwa ekonomi Myanmar sekitar 30 persen lebih kecil daripada yang mungkin terjadi tanpa adanya pandemi dan kudeta militer.
Sanksi internasional, penghentian bantuan asing, dan penarikan investor asing telah mendorong Myanmar ke jurang kehancuran ekonomi.
Gejolak politik yang sedang berlangsung dan konflik antara militer dan kelompok perlawanan bersenjata juga telah memperumit tantangan sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat dari pandemi.
Bahkan, bisnis di seluruh Myanmar dilaporkan menghadapi kebangkrutan.
Baca juga: Presiden Sri Lanka Sekeluarga Kabur ke Maladewa, Diduga akan Lanjutkan Perjalanan ke UEA
Jutaan orang, termasuk pegawai negeri sipil dan pekerja sektor swasta, telah bergabung dengan gerakan anti-kudeta pembangkangan sipil Myanmar, menolak membayar tagihan listrik dan pajak sampai militer digulingkan.
Bisnis, terutama pabrik, juga mengalami pemadaman listrik setiap hari.
Karena sebagian besar pembangkit listrik Myanmar bergantung pada tenaga air, musim kemarau akan menjadi tantangan tambahan.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Berita lain terkait Sri Lanka Bangkrut