London bersikeras warganya itu harus diperlakukan sebagai tawanan perang di bawah Konvensi Jenewa.
Para pejabat di Donetsk mengatakan mereka menganggap para tawanan sebagai tentara bayaran, yang berarti mereka tidak berada di bawah perlindungan hukum internasional, tidak seperti kombatan biasa.
Semua orang asing yang dijatuhi hukuman mati di DPR telah mengajukan banding atas putusan mereka.
Rusia sebelumnya meminta Inggris untuk berurusan dengan DPR secara langsung, yang ditolak Inggris.
London telah berulang kali menolak menyebut Republik Rakyat Donetsk, menyebut otoritas kawasan itu sebagai “proksi Rusia.”
Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss pada Jumat memanggil Duta Besar Rusia atas kematian warga negara Inggris Paul Urey di penahanan Republik Rakyat Donetsk.
Truss menyatakan Rusia “harus memikul tanggung jawab penuh” atas kematian Urey, yang oleh pejabat Donetsk dikaitkan kondisi kesehatan kronisnya.
Otoritas Republik Rakyat Donetsk (DPR) mengumumkan Jumat Urey telah meninggal pada hari Senin, hampir tiga bulan setelah dia ditahan di sebuah pos pemeriksaan bersama dengan warga negara Inggris lainnya, Dylan Healy.
Ombudsman DPR Darya Morozova menyatakan Urey menderita “sejumlah penyakit kronis”, termasuk diabetes yang bergantung pada insulin.
Dia meninggal meskipun telah menerima perawatan medis oleh pihak yang menahannya.
“Rusia harus memikul tanggung jawab penuh untuk ini,” kata Truss dalam sebuah pernyataan yang mengumumkan dia telah memanggil Duta Besar Rusia Andrey Kelin.
“Paul Urey ditangkap saat melakukan pekerjaan kemanusiaan,” klaim Truss.
“Dia berada di Ukraina untuk mencoba dan membantu rakyat Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia yang tidak beralasan. Mereka yang bertanggung jawab akan dimintai pertanggungjawaban,” katanya.
Sementara Truss bersikeras Urey telah melakukan perjalanan ke Ukraina sebagai pekerja bantuan, Morozova menggambarkan orang Inggris itu sebagai "prajurit karir" yang telah bertempur di Afghanistan, Irak dan Libya.