Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) tepergok melakukan pembelian 39 ton produk pupuk cair dari Rusia.
Aksi ini diketahui setelah sebuah sumber mengatakan bahwa sebuah kapal tanker yang membawa pupuk cair dari Rusia akan tiba di AS pada Senin (25/7/2022).
Munculnya bocoran tersebut sontak mendapat sorotan tajam dari publik, mengingat hubungan antara presiden AS Joe Biden dengan Rusia saat ini sedang memanas.
Baca juga: Filipina Pertimbangkan Kesepakatan Impor Pupuk dengan China dan Rusia
Hingga berita ini beredar rincian tentang penjual dan pembeli belum tersedia. Sementara Departemen Keuangan AS dan badan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS masih menolak untuk memberikan komentarnya.
Munculnya krisis pupuk hingga memicu lonjakan harga pupuk global, telah membuat pemerintah Amerika khawatir apabila negaranya akan dilanda kelangkaan pangan imbas dari meluasnya krisis pupuk dunia.
Alasan inilah yang membuat AS terpaksa mengimpor puluhan ton pupuk berbahan urea, asam nitrat, dan amonia dari Rusia.
"Tidak seperti pemerintah Rusia, kami tidak tertarik mempersenjatai makanan untuk menciptakan krisis kemanusiaan dengan mengorbankan populasi yang rentan," kata pejabat AS yang enggan disebutkan namanya.
Mengutip dari Reuters, Minggu (24/7/2022), nantinya 39 ton pupuk dari St. Petersburg, Rusia dijadwalkan tiba di New Orleans AS dengan menggunakan Kapal tanker berbendera Liberia Johnny Ranger.
Baca juga: Filipina Pertimbangkan Kesepakatan Impor Pupuk dengan China dan Rusia
Meski saat ini Amerika tengah memberlakukan sejumlah sanksi dan memasukan beberapa komoditas Rusia ke daftar hitam, namun Komisi Perdagangan Internasional AS menyebut bahwa negaranya hingga kini tidak pernah memberikan sanksi makanan atau barang pertanian dari Rusia.
Bahkan demi mengurangi kekurangan pupuk dan menekan kenaikan harga, pada pekan ini Komisi Perdagangan Internasional AS turut mencabut aturan bea anti-dumping dan anti-subsidi atas pupuk urea amonium nitrat dari Rusia.
Aturan ini diberlakukan AS lantaran Rusia sendiri merupakan eksportir utama pupuk dunia.
Dengan dibukanya transaksi impor ini, AS berharap agar para petani di negaranya bisa kembali menjalankan kegiatan pertanian sehingga mereka dapat memasok kebutuhan pangan jutaan warga Amerika, dengan begitu krisis pangan yang tengah terjadi di AS bisa segera mereda.
Harga Pupuk Melambung
Badan Pangan PBB (FAO) memperingatkan biaya input pertanian termasuk pupuk yang melonjak, dapat menghalangi petani untuk memproduksi komoditas pangan.
Hal itu juga dapat memperburuk ketahanan pangan di negara-negara miskin yang harus menghadapi kenaikan tagihan impor.
Baca juga: Jokowi: Presiden Putin Jamin Keamanan Pangan dan Pupuk dari Rusia Maupun Ukraina
Dikutip dari situs Reuters, FAO melaporkan pada Kamis (9/6/2022), indeks biaya input bagi petani mencapai rekor tertinggi dan telah naik tajam tahun ini. Input dari pertanian meliputi pupuk, pestisida, tenaga kerja, modal, lahan, irigasi, dan lainnya.
“Temuan ini tidak memberi pertanda baik untuk respon pasokan yang dipimpin pasar yang dapat mengendalikan kenaikan lebih lanjut dalam harga pangan untuk musim 2022/2023 dan mungkin berikutnya,” kata FAO.
Biaya input pertanian yang meningkat, berkaitan dengan harga energi yang melonjak dan gangguan pasokan akibat invasi Rusia ke Ukraina, mendorong kenaikan harga pangan global tahun ini yang diukur dengan indeks komoditas pangan global.
FAO menyatakan naiknya biaya input pertanian diperkirakan akan mendorong tagihan impor pangan global tahun ini hingga 3 persen, mencapai rekor sebesar 1,8 triliun dolar AS.
FAO mengatakan, banyak negara berkembang diperkirakan akan mengurangi impor bahan pangan dalam menanggapi kenaikan harga ini.
Baca juga: Berita Baik Hasil Jokowi Bertemu Putin, Moskow Jamin Pasokan Pangan dan Pupuk dari Ukraina-Rusia
FAO memprediksi negara-negara miskin akan memotong volume impor bahan pangan lebih banyak, untuk menurunkan tagihan impor mereka secara keseluruhan.
“Ini adalah tanda-tanda yang mengkhawatirkan dari perspektif ketahanan pangan, yang menunjukkan bahwa importir akan kesulitan membiayai kenaikan biaya internasional, yang berpotensi menandai berakhirnya ketahanan mereka terhadap harga yang lebih tinggi,” ujar FAO.
Jokowi: Presiden Putin Jamin Keamanan Pangan dan Pupuk dari Rusia
Presiden Joko Widodo dan rombongan tiba di Moskow, Rusia dan bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin di Istana Kremlin pada Kamis (30/06/2022).
Pada konferensi pers, Presiden RI mengatakan bahwa Presiden Putin memberikan jaminan keamanan pangan dan pupuk dari Rusia maupun Ukraina.
Jokowi menegaskan bahwa Indonesia tidak memiliki kepentingan apapun kecuali ingin melihat perang dapat segera selesai.
Baca juga: Filipina Pertimbangkan Kesepakatan Impor Pupuk dengan China dan Rusia
Utamanya untuk mengatasi krisis dan agar rantai pasok pangan, pupuk, maupun energi dapat segera diperbaiki.
"Saya mengajak seluruh pemimpin dunia untuk bekerja sama kembali menghidupkan semangat multilateralisme, semangat damai dan semangat kerja sama. Hanya dengan spirit ini perdamaian dapat dicapai," kata Jokowi dalam pernyataannya.
Sebagaimana disampaikan sebelumnya, Presiden Joko Widodo menegaskan ke Ukraina dan Rusia merupakan wujud amanat konstitusi Indonesia untuk berkontribusi bagi terciptanya perdamaian dunia.
Jokowi mengatakan, isu perdamaian dan kemanusiaan selalu menjadi prioritas politik luar negeri Indonesia.
"Konstitusi Indonesia mengamanatkan agar Indonesia selalu berusaha berkontribusi bagi terciptanya perdamaian dunia. Dalam konteks inilah, saya melakukan kunjungan ke Kyiv dan ke Moskow," ujar Presiden Jokowi.
Terkait dengan hal tersebut, Presiden Joko Widodo juga menyampaikan bahwa ia siap menjadi jembatan komunikasi antara Ukraina dan Rusia.
Baca juga: Dapat Pupuk dari India, Petani Sri Lanka Terima Bantuan Pupuk Urea dengan Harga Miring
"Saya telah menyampaikan pesan Presiden Zelenskyy untuk Presiden Putin dan saya sampaikan kesiapan saya untuk menjadi jembatan komunikasi antara kedua pemimpin tersebut," ucap Presiden Jokowi.
Pada saat pertemuan Presiden Joko Widodo dan Presiden Putin juga membahas masalah terganggunya rantai pasok pangan dan pupuk.
Sebab hal ini berdampak kepada ratusan juta masyarakat dunia, terutama di negara berkembang.
Jokowi memberikan kabar baik, Presiden Putin memberikan jaminan keamanan pasokan pangan dan pupuk dari Ukraina maupun Rusia.
Presiden RI juga menegaskan dukungan terhadap upaya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mereintegrasi komoditas pangan Rusia dan Ukraina ke dalam rantai pasok global.
"Demi kemanusiaan, saya juga mendukung upaya PBB untuk reintegrasi komoditi pangan dan pupuk Rusia dan komoditi pangan Ukraina untuk masuk lagi dalam rantai pasok dunia," kata Presiden Jokowi.
"Khusus untuk jalur ekspor produk pangan Ukraina, terutama melalui jalur laut, tadi sekali lagi Presiden Putin sudah memberikan jaminannya," lanjutnya.
Baca juga: PBB dan Rusia Bahas Ekspor Biji-Bijian dan Pupuk di Moskow
Perang Rusia Vs Ukraina Picu Melonjaknya Harga Pupuk di Brasil
Konflik antara Rusia dan Ukraina yang terus berlanjut memberikan kerugian besar bagi seluruh negara di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Brasil.
Bahkan akibat memanasnya konflik di dua negara tersebut, kini Brasil terancam kehilangan stok pupuk impor yang kemudian merambat pada gagalnya panen masal di negara tersebut.
Menurut data kantor berita TASS yang dikutip dari Fox Business, Brasil merupakan salah satu negara bagian Amerika Latin yang terkenal akan produksi kopi, kedelai, dan gula terbesar di dunia.
Sayangnya kebutuhan pupuk untuk produksi bahan pokok tersebut, sepenuhnya masih bergantung pada pupuk impor. Bahkan seperlima dari 85 persen pupuk impor Brasil, berasal dari Rusia.
Baca juga: Jokowi: Presiden Putin Jamin Keamanan Pangan dan Pupuk dari Rusia Maupun Ukraina
Namun akibat adanya sanksi ekonomi yang dilayangkan AS dan UE ke Rusia, membuat Vladimir Putin jengkel hingga membatasi kegiatan ekspor produk minyak mentah, gas alam hingga pupuk buatannya.
Meski sejauh ini presiden Brasil, Jair Bolsonaro belum melayangkan sanksi khusus untuk Rusia. Namun karena Brasil merupakan bagian dari AS maka negara tersebut terkena imbas pembatasan ekspor hingga April mendatang.
"Brasil bergantung pada pupuk itu pertanyaan bagi kami," jelas Presiden Jair Bolsonaro.
Bolsonaro menambahkan saat ini kondisi petani di negaranya terancam mengalami gagal panen lantaran berkurangnya stok pupuk global, imbas dari melonjaknya harga impor pupuk dunia.
Jika hal ini terus berlanjut, Bolsonaro khawatir nantinya petani Brasil tidak dapat memproduksi banyak tanaman akibat mahalnya biaya produk pertanian. Bahkan ancaman ini juga dapat memicu adanya kenaikan harga pangan dunia. (*)