Dia dianggap berhasil mengarahkan ekonomi menuju periode pertumbuhan yang cepat hingga kemudian dihantam krisis keuangan 1997 yang melanda Asia Tenggara.
Seorang perwira militer karier, Ramos menjadi terkenal pada 1986 ketika dia dan Menteri Pertahanan saat itu Juan Ponce Enrile memisahkan diri dari Marcos, yang mereka tuduh mencurangi pemilihan tahun itu agar tetap berkuasa.
Ramos mengaku membelot karena sang diktator memprioritaskan kepentingan pribadi dan tidak lagi menjadi panglima yang cakap.
Mereka bersembunyi di markas polisi di ibu kota, menantikan serangan dari pasukan pro-Marcos.
Namun anggota masyarakat mengindahkan panggilan dari seorang kardinal Katolik Roma untuk berkumpul di sekitar gedung, membentuk barikade manusia yang melindungi Ramos, Enrile dan pasukan mereka.
Momen itulah yang memulai Revolusi Kekuatan Rakyat yang akhirnya menggulingkan Marcos.
Untuk menghormatinya, pada tahun 2000 kelompok alumni Akademi Militer AS di West Point mengutip "peran terpentingnya dalam mengembalikan demokrasi ke Filipina", dimana ia dinobatkan sebagai pahlawan militer revolusi.
Ramos lahir pada 18 Maret 1928 di kotamadya Lingayen di provinsi Pangasinan, utara ibu kota Filipina.
Ia adalah putra anggota parlemen dan diplomat, Narciso dan Angela, seorang pendidik.
Ramos lulus dari West Point AS pada 1950 dan memperoleh gelar master di bidang teknik sipil dari University of Illinois pada tahun berikutnya.
Dia memperoleh dua gelar master lagi dalam bidang keamanan nasional pada 1969 dari National Defense College of the Philippines, dan bidang administrasi bisnis pada 1980 dari Universitas Ateneo de Manila, menurut yayasan Ramos.
Awal kariernya dihabiskan sebagai tentara Filipina yang berkecimpung di berbagai bidang termasuk pengintaian dan pasukan khusus.
Dia naik pangkat dan pada 1972, diangkat sebagai kepala Kepolisian Filipina.
Tiga tahun kemudian, ia menjadi Dirjen Polisi lalu menjadi wakil kepala staf angkatan bersenjata pada 1981 dan menjabat sebagai penjabat kepala staf angkatan bersenjata menjelang akhir pemerintahan Marcos.
Ramos menang tipis dalam pemilihan presiden pada 1992 dengan kurang dari seperempat suara, pluralitas terendah dalam sejarah pemilihan negara itu hingga pemilihan presiden tahun 2022, yang dimenangi dengan telak oleh putra Marcos, Bongbong.
Ramos juga merupakan presiden dari kalangan Protestan pertama di negara dengan mayoritas Katolik itu.
Sumber: Rappler/Bloomberg/Kompas.TV/Tribunnews.com