Menanggapi hal ini, Zelensky mengatakan Amnesty mencoba "mengampuni negara teroris", merujuk kepada Rusia.
"Tidak ada syarat, dan tidak mungkin, bahkan secara hipotetis, di mana setiap serangan Rusia ke Ukraina dapat dibenarkan," kata Zelensky, dalam pidato malamnya.
"Siapa pun yang memberi amnesti kepada Rusia dan yang secara artifisial menciptakan konteks informasi semacam itu di mana beberapa serangan teroris dianggap dapat dibenarkan atau dianggap dapat dimengerti, tidak dapat gagal untuk memahami bahwa, dengan berbuat demikian, mereka membantu para teroris."
"Dan jika ada laporan manipulatif seperti itu, maka Anda berbagi dengan mereka tanggung jawab atas pembunuhan orang," kata presiden.
Sejumlah pejabat tinggi Ukraina turut berkomentar mengenai laporan ini.
Wakil Menteri Pertahanan Ukraina, Hanna Malyar, mengatakan laporan itu gagal mengkritik tindakan Rusia.
Dalam briefing di Kyiv, Malyar menegaskan militer Ukraina sudah menyiapkan bus untuk evakuasi warga dari garis depan, lapor Guardian.
Namun beberapa orang menolak untuk pergi, meskipun sudah ada peringatan dan tawaran dibawa ke lokasi yang aman.
Kendati demikian, Malyar juga berpendapat bahwa sistem anti-pesawat Ukraina perlu berbasis di kota-kota untuk melindungi infrastruktur sipil.
Baca juga: Barat Tuding Vladimir Rekrut Narapidana Jadi Pasukan di Garis Depan Invasi ke Ukraina
Baca juga: AS Desak Rusia Sepakati Pertukaran Tahanan Brittney Griner dengan Napi Pedagang Senjata
Ia mengatakan, jika pasukan Ukraina hanya berbasis di luar pemukiman perkotaan, "angkatan bersenjata Rusia hanya akan menyapu tanpa lawan".
Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba mengaku marah dengan laporan itu, dan mendesak Amnesty untuk "berhenti menciptakan realitas palsu".
Pejabat Ukraina mengaku telah berusaha mengevakuasi warga sipil dari daerah garis depan.
Di sisi lain, Rusia membantah menargetkan warga sipil selama operasi militer khusus.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)