TRIBUNNEWS.COM - Kepala Pengawas Nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta akses ke pembangkit listrik tenaga nuklir Ukraina yang sekarang diduduki oleh pasukan Rusia .
PBB ingin mengetahui apakah pembangkit nuklir yang dikuasai itu merupakan sumber bahaya.
Kontak dengan pembangkit nuklir terbesar di Eropa, yang berada di Zaporizhzhia dan dioperasikan oleh teknisi Ukraina.
"(Saat ini) kondisinya "rapuh" dan komunikasi tidak berfungsi setiap hari," kata kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi kepada surat kabar Swiss Tages-Anzeiger, dikutip Al Jazeera.
“Kami tidak dapat melakukan komunikasi yang salah dengan pabrik di area yang relevan dengan keselamatan. Kami tahu tuduhan bahwa amunisi hidup disimpan di pabrik, bahwa ada serangan terhadap pembangkit listrik,” katanya dalam sebuah wawancara yang diterbitkan dalam bahasa Jerman.
“Terus terang, kalau saya tidak punya akses, saya tidak bisa menentukan itu. Ada kontradiksi antara laporan pihak Rusia dan Ukraina," imbuhnya.
"Saya menerima informasi, saya juga menyebutkannya dalam laporan situasi saya, tetapi saya tidak memiliki cara untuk menentukan apakah itu sesuai dengan fakta," terangnya.
Baca juga: Rusia Tuding Ukraina Ingin Ciptakan Bencana Nuklir Dengan Menyerang Reaktor PLTN
Sementara itu, seorang pejabat Rusia di Ukraina mengatakan pada Rabu (3/8/2022) bahwa pasukan Ukraina telah berulang kali menggunakan senjata dari Barat untuk menyerang pabrik.
Pabrik tersebut memiliki dua dari enam reaktor yang beroperasi dan telah menjadi subyek peringatan berulang dari Ukraina, Barat dan Rusia.
Pabrik di luar kendali
Pada Selasa (2/8/2022), Grossi mengatakan kepada kantor berita The Associated Press bahwa pabrik "benar-benar di luar kendali".
Grossi juga menekankan bahwa rantai pasokan peralatan dan suku cadang telah terputus "jadi kami tidak yakin pabrik mendapatkan semua yang dibutuhkan".
IAEA juga perlu melakukan inspeksi yang sangat penting untuk memastikan bahwa bahan nuklir dijaga, “dan ada banyak bahan nuklir di sana untuk diperiksa”, katanya.
“Ketika Anda menggabungkan ini, Anda memiliki katalog hal-hal yang seharusnya tidak pernah terjadi di fasilitas nuklir mana pun,” kata Grossi.
Baca juga: Di PBB, Indonesia Desak Senjata Nuklir Dimusnahkan Secepatnya