Dia juga dipindahkan ke pusat penahanan Lefortovo setelah ditahan.
Lalu pada 30 Juni, ilmuwan Novosibirsk lainnya, Dmitry Kolker (54), dicokok Layanan Keamanan Federal Rusia (FSB).
Dmitry Kolker merupakan peneliti di Institut Fisika Laser, Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia.
Kolker, yang menderita kanker pankreas stadium lanjut, meninggal dalam tahanan negara beberapa hari setelah dibawa ke Lefortovo.
Baca juga: Rusia Hancurkan Dnipropetrovsk, Kota Paling Dekat dengan Pembangkit Nuklir Zaporizhzhia
Menurut The Times of London, Kolker ditangkap karena dicurigai memberikan informasi ke China.
Tuduhan itu diyakini berasal dari kuliah yang dia berikan di China pada 2018, yang menurut kementerian pertahanan berisi rahasia negara.
Pengacara HAM, Pavel Chikov, bersikeras bahwa presentasi Kolker telah disetujui sebelumnya oleh FSB.
Ia menambahkan bahwa Kolker ditemani seorang agen FSB selama berada di China.
Baca juga: Komandan Militer AS di Jepang Siap Siaga Hadapi Agresi China
Menurut CNN, kekuatan militer di Rusia, China, dan Amerika Serikat bekerja untuk mengembangkan senjata hypersonic glide vehicle (HGV).
Ini merupakan senjata yang sangat bermanuver, yang secara teoritis dapat terbang dengan kecepatan hipersonik sambil menyesuaikan arah dan ketinggian untuk terbang di bawah deteksi radar dan di sekitar pertahanan rudal.
Para ahli mengatakan senjata semacam itu sangat sulit untuk dipertahankan.
Rusia diperkirakan memiliki HGV di gudang senjatanya, sistem Avangard, yang diklaim oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada 2018 sebagai "praktis kebal" terhadap pertahanan udara Barat.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)