News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

The Satanic Verses, Buku Kontroversial yang Membuat Salman Rushdie Jadi Target Pembunuhan Iran

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kiri: Foto yang diambil pada 27 Mei 1989, memperlihatkan seorang pria Islam memegang poster yang menyerukan kematian penulis Inggris Salman Rushdie di dekat Jembatan Westminster di London. Kanan: Penulis Inggris Salman Rushdie mengambil bagian dalam acara TV Le grand journal di set Saluran TV Prancis+ di Paris pada 16 November 2012.

Khamenei mengutip pendahulunya yang mengatakan: "Bahkan jika dia bertobat dan menjadi Muslim paling saleh di Bumi, tidak akan ada perubahan dalam keputusan ini."

Dalam file foto yang diambil pada 17 Februari 1989, wanita Iran terlihat memegang spanduk bertuliskan "Al-Qur'an" dan "Bunuh Salman Rushdie" selama demonstrasi menentang penulis Inggris Salman Rushdie di Teheran. - Rushdie, yang tulisan kontroversialnya membuatnya menjadi sasaran fatwa yang memaksanya bersembunyi, ditikam di leher oleh seorang penyerang di atas panggung hari Jumat di negara bagian New York barat, menurut Kepolisian Negara Bagian New York. Yang diserang berada dalam tahanan. (Photo by NORBERT SCHILLER / AFP) (AFP/NORBERT SCHILLER)

Rekan Salman Rushdie Ikut Jadi Sasaran

Karena tidak dapat menjangkau Rushdie sendirian, para ekstremis mencari kolaborator sastranya.

Pada Juli 1991, penerjemah Jepang Hitoshi Igarashi, seorang profesor budaya Islam, ditikam sampai mati di Universitas Tsukuba tempat dia bekerja, di timur laut Tokyo.

Beberapa hari sebelumnya, penerjemah bahasa Italia buku itu diserang dan terluka parah di apartemennya di Milan.

Ia diserang oleh penyerang yang mengidentifikasi dirinya sebagai orang Iran, berpura-pura mencari terjemahan sebuah pamflet.

Dua tahun kemudian, penerbit novel Norwegia, William Nygaard, tertembak dan terluka parah.

Titik Balik

Kemudian di tahun 1997, seorang presiden reformis Iran, Sayyid Mohammad Khatami, menjabat.

Ia mulai memberi isyarat bahwa pemerintahannya tidak lagi secara aktif berusaha untuk mengeksekusi fatwa pada Rushdie, atau mendorong siapa pun untuk membunuhnya.

Hal itu dilakukan sebagai bagian dari pembukaan ke barat dan pemulihan hubungan diplomatik dengan Inggris.

Rushdie menyatakan kelegaan atas jaminan yang ditawarkan oleh pemerintah Khatami.

Ia mengatakan dia tidak menyesali bukunya, bahkan setelah menghabiskan satu dekade bersembunyi.

"The Satanic Verses sama pentingnya dalam karya saya seperti buku-buku saya yang lain, katanya.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini