News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

The Satanic Verses, Buku Kontroversial yang Membuat Salman Rushdie Jadi Target Pembunuhan Iran

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kiri: Foto yang diambil pada 27 Mei 1989, memperlihatkan seorang pria Islam memegang poster yang menyerukan kematian penulis Inggris Salman Rushdie di dekat Jembatan Westminster di London. Kanan: Penulis Inggris Salman Rushdie mengambil bagian dalam acara TV Le grand journal di set Saluran TV Prancis+ di Paris pada 16 November 2012.

Salman Rushdie kemudian menarik kembali klaimnya tahun 1990 untuk memeluk Islam, mengakui bahwa dia telah mengatakannya untuk mencabut fatwa.

Dia melepaskan nama samarannya dan mulai keluar dari persembunyiannya pada September 2001, dan terus meningkatkan frekuensi kemunculannya di depan umum.

Ancaman Masih Ada

Meski begitu, ancaman terhadap Rushdie belum mereda.

Terlepas dari jaminan dari pemerintah Khatami, fatwa itu masih berlaku, ditegakkan oleh pemimpin tertinggi Iran.

Sebuah yayasan keagamaan Iran bahkan meningkatkan hadiah untuk kepala Rushdie.

Lebih dari setengah anggota parlemen negara itu, majelis, menandatangani sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa penulis itu pantas untuk mati.

Setelah pemerintahan Khatami dicopot dari jabatannya, Khamenei tetap menjadi pemimpin tertinggi.

Ia telah menjelaskan bahwa bayang-bayang kehidupan Rushdie tidak akan hilang.

Baru-baru ini pada tahun 2016, 40 organisasi media yang dikelola pemerintah di Iran berkumpul bersama untuk mengumpulkan $600.000 untuk menambah hadiah untuk kepala Rushdie.

Abbas Salehi, wakil menteri kebudayaan dan bimbingan Islam pada saat itu, mengatakan:

"Fatwa Imam Khomeini adalah keputusan agama dan tidak akan pernah kehilangan kekuatannya atau memudar."

Dalam sebuah wawancara dengan Agence France-Presse di Paris pada 2019, Rushdie masih ditemani oleh polisi bersenjata.

Namun ia tampaknya percaya bahwa dunia telah melupakan fatwa tersebut.

"Kita hidup di dunia di mana subjek berubah sangat cepat."

"Dan ini adalah topik yang sangat tua," katanya.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini