Salman Rushdie kemudian menarik kembali klaimnya tahun 1990 untuk memeluk Islam, mengakui bahwa dia telah mengatakannya untuk mencabut fatwa.
Dia melepaskan nama samarannya dan mulai keluar dari persembunyiannya pada September 2001, dan terus meningkatkan frekuensi kemunculannya di depan umum.
Ancaman Masih Ada
Meski begitu, ancaman terhadap Rushdie belum mereda.
Terlepas dari jaminan dari pemerintah Khatami, fatwa itu masih berlaku, ditegakkan oleh pemimpin tertinggi Iran.
Sebuah yayasan keagamaan Iran bahkan meningkatkan hadiah untuk kepala Rushdie.
Lebih dari setengah anggota parlemen negara itu, majelis, menandatangani sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa penulis itu pantas untuk mati.
Setelah pemerintahan Khatami dicopot dari jabatannya, Khamenei tetap menjadi pemimpin tertinggi.
Ia telah menjelaskan bahwa bayang-bayang kehidupan Rushdie tidak akan hilang.
Baru-baru ini pada tahun 2016, 40 organisasi media yang dikelola pemerintah di Iran berkumpul bersama untuk mengumpulkan $600.000 untuk menambah hadiah untuk kepala Rushdie.
Abbas Salehi, wakil menteri kebudayaan dan bimbingan Islam pada saat itu, mengatakan:
"Fatwa Imam Khomeini adalah keputusan agama dan tidak akan pernah kehilangan kekuatannya atau memudar."
Dalam sebuah wawancara dengan Agence France-Presse di Paris pada 2019, Rushdie masih ditemani oleh polisi bersenjata.
Namun ia tampaknya percaya bahwa dunia telah melupakan fatwa tersebut.
"Kita hidup di dunia di mana subjek berubah sangat cepat."
"Dan ini adalah topik yang sangat tua," katanya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)