TRIBUNNEWS.COM - Berikut profil Ma Huateng yang merupakan pendiri Tencent Group.
Ma Huateng merupakan pengusaha sekaligus pendiri dan CEO dari Tencent Group.
Mengutip Forbes 2022, Ma Huateng menempati peringkat nomer 3 orang terkaya di China dengan kekayaan $37,2 milar.
Ma Huateng lahir pada 29 Oktober 1971 di Guangdong, Cina, dikutip dari Tribunnewswiki.com.
Ma Huateng merupakan anak dari pasangan Ma Chensu dan Huiqing Huang.
Saat Huateng masih muda, Ma Chensu pindah ke Shenzen untuk bekerja sebagai manajer di pelabuhan.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Merosot, Pemerintah China Suntikan 1 Triliun Yuan untuk Stabilkan Krisis
Pada tahun 1989, Ma Huateng menempuh pendidikan di Universitan Shenzen dengan mengambil jurusan ilmu komputer.
Kemudian Ma Huateng lulus dari Universitan Shenzen pada tahun 1993.
Setelah lulus, Ma Huateng bekerja di perusahaan telekomunikasi yang bernama 'China Motion Telecom Development' (CMTD).
Ma Huateng dalam perusaah tersebut bertugas mengembangkan perangkat lunak untuk pager.
Ma Huateng juga pernah bekerja di departemen penelitian dan pengembangan untuk layanan panggilan internet di Shenzhen Runxun Communications Co. Ltd.
Ma Huateng menikah dengan Wang Dan-ting.
Dari pernikahannya, Mereka dikarunia seorang putri bernama Ma Manlin.
Ma Huateng dikenal memiliki kehidupan pribadi yang sangat sederhana dan tidak suka berinteraksi dengan media.
Perjalanan Karier Ma Huateng
Ma Huateng bersama empat temannya mendirikan perusahaan 'Tencent' pada tahun 1998, dikutip dari thefamouspeople.com.
Saat Ma Huateng akan merilis produk pertamanya, ia mengingat ketika menghadiri sebuah acara 'ICQ,' layanan pesan instan pertama di dunia, diluncurkan.
Kemudian hal tersebut menjadi inspirasi bagi Ma Huateng untuk meluncurkan produk yang serupa dalam pasar Cina.
Lalu Ma Huateng secara resmi meluncurkan sebuah layanan pesan instan yang bernama 'OICQ' pada Februari 1999.
Nama 'OICQ' kemudian diubag menjadi 'QQ'.
Ma Huateng berfikir bahwa perusahaan tersebut tidak akan sukses.
Lantaran, di 3 tahun pertama tidak ada keuntungan yang didapatkan.
Namun, pemikiran tersebut berhasil terbantahkan karena produk ini langsung menjadi hit di kalangan orang-orang Cina.
Perusahaan tersebut mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi.
Sehingga membuat perusahaan mencari lebih banyak investor untuk menanggung biaya operasionalnya.
Ma Huateng kemudian beralih ke perusahaan investasi AS IDC dan operator telekomunikasi Hong Kong Pacific Century CyberWorks (PCCW) di tahun 2000.
Perusahaan tersebut membeli 40 persen saham Tencent dengan harga 2,2 juta dollar.
Pada tahun 2003, Tencent meluncurkan portal milik perusahaan Tencent yaitu QQ.com di pasar game online.
Dalam setahun, kesuksesan Tencent melonjak pesat.
Pada tahun 2004, Tencent menjadi penyedia layanan pesan instan terbesar.
Perusahaan tersebut sukses dengan 74 persen saham di pasar Cina.
Kemudian, Tencent mendaftarkan diri ke Pasar saham Hong Kong karena berhasil mengumpulkan 200 juta dollar.
Hal tersebut membuat Ma Huateng menjadi salah satu pengusaha Cina terkaya.
Di tahun yang sama, Ma Huateng berpikir untuk menjelajah ke zona e-commerce, bidang lain yang tumbuh cepat dan sangat menguntungkan.
Pada tahun 2005, Ma merilis sebuah platform e-commerce yang menjadi pesaing 'Alibaba.com.
Platform tersebut bernama Paipai.com.
Tencent kemudian meluncurkan trobosan baru di tahun 2011.
Tencent meluncurkan aplikasi pesan yang benama 'Wixin' atau yang dikenal 'WeChat'.
Agar aplikasi tersebut berkembang, Ma Huateng mengambil rute yang sama seperti yang diambil Bill Gates untuk 'Microsoft.'
Sebelumnya, di tahun 2010 Ma Huateng mendirikan sebuah divisi 'Tencent' yang bekerja untuk pengembangan video game di bawah 'Tencent Interactive Entertainment.'
Karena mendapatkan untung yang besar, 'Tencent Games' menjadi perusahaan video-game terbesar di dunia pada tahun 2018.
Tidak hanya itu, Tencent juga memduduki saham besar di beberapa perusahaan game di antaranya, 'Grinding Gear Games', 'Riot Games', 'Miniclip', dan 'Supercell'.
Pada tahun 2014, 'Tencent' juga berkolaborasi dengan banyak perusahaan produksi musik besar seperti 'Sony' dan 'Warner Music Group' untuk kontrak distribusi di China.
(Tribunnews.com/Farrah Putri) (Tribunnewswiki.com/Mirta)
Artikel Lain Terkait Ma Huateng