TRIBUNNEWS.COM - Penyaluran bantuan untuk korban banjir bandang di Pakistan terhambat karena terputusnya jalan utama.
Dikutip The Guardian, Perdana Menteri Shehbaz Sharif diketahui menyambangi daerah yang terkepung banjir parah di provinsi barat laut Khyber Pakhtunkhwa pada Senin (29/8/2022).
Dia menggambarkan hujan monsun sebagai yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam 30 tahun terakhir.
“Saya belum pernah melihat kehancuran seperti itu dalam hidup saya,” katanya, bersumpah bahwa pemerintahnya “tidak akan mengecewakan” para korban banjir.
Provinsi selatan butuh bantuan
Sementara itu, Kepala Menteri provinsi selatan Balochistan menyerukan lebih banyak bantuan diperlukan dari pemerintah federal segera.
“Kami menghadapi kekurangan sumber daya keuangan, tenda dan barang bantuan lainnya serta konektivitas karena semua jalan raya utama rusak parah, (situasi ini) menghambat upaya bantuan kami,” kata Mir Abdul Qudoos Bizenjo.
Baca juga: Pakistan Menderita Kerugian Lebih dari Rp148 Triliun akibat Banjir Bandang
Bizenjo menambahkan bahwa provinsinya telah menderita lebih dari 200 miliar rupee ($ 900 juta) dari kerusakan.
Lebih jauh, Menteri Perencanaan Pakistan Ahsan Iqbal mengklaim secara nasional, kerugian ekonomi awal setidaknya bisa mencapai $10 miliar.
“Saya pikir itu akan menjadi besar. Sejauh ini, [a] sangat awal, perkiraan awal adalah bahwa itu besar, lebih tinggi dari $ 10 miliar,” katanya kepada Reuters.
Perubahan iklim
Pejabat terkait menyebut banjir bandang yang dipicu oleh perubahan iklim telah mempengaruhi lebih dari 33 juta orang.
“Semuanya satu samudra besar, tidak ada lahan kering untuk memompa air keluar,” kata Menteri Perubahan Iklim Sherry Rehman, pada Senin (28/8/2022), ketika kematian resmi meningkat dari 1.033 menjadi 1.136.
Angka itu diperkirakan akan meningkat tajam setelah tim darurat mengevakuasi banyak komunitas yang terputus.
Baca juga: Pakistan Dilanda Banjir Bandang, Lebih dari 1000 Orang Meninggal dan Ratusan Korban Dievakuasi