Sebelum dilanda banjir, Pakistan telah menderita krisis ekonomi dan sudah bernegosiasi dengan IMF mengenai bailout.
Pada Senin (29/8/2022) kemarin, Karachi akhirnya menerima bailout $ 1,1 miliar dari Dana Moneter Internasional (IMF).
Ini ditujukan untuk membantu ekonomi Pakistan agar terhindar dari gagal bayar utang.
Berdasarkan catatan resmi pemerintah, Pakistan hanya memiliki cadangan mata uang asing yang cukup untuk sekitar satu bulan impor karena ekonominya berjuang dengan tingkat inflasi tahunan hampir 25 persen.
Cerita Korban Banjir
Musim hujan yang belum pernah terjadi sebelumnya telah mempengaruhi empat provinsi di Pakistan.
Hampir satu juta rumah hancur atau rusak parah, banyak jalan tidak dapat dilalui, dan pemadaman listrik meluas.
Rasheedan Sodhar harus berjalan lebih dari 20 km ke tempat yang aman setelah desanya di Provinsi Sindh selatan terendam air.
"Kami adalah keluarga 20 orang, dan kami diberitahu kemarin (Minggu) untuk segera meninggalkan desa. Kami tidak punya apa-apa lagi. Kami hidup, tetapi kami tidak dapat hidup lagi," kata guru berusia 25 tahun itu kepada Al Jazeera.
Sodhar mengaku tidak sempat menyelamatkan 30 ternaknya di saat rumahnya hancur oleh banjir.
Kini seluruh keluarganya yang terdiri dari wanita hamil dan bayi, tidak memiliki tempat berlindung.
Ia terpaksa tinggal di tempat terbuka di kota terdekat, Mehar.
"Kami hampir tidak mendapatkan satu kali makan sehari. Anak-anak kami menangis sepanjang hari. Apa yang bisa Anda katakan kepada mereka untuk berhenti menangis ketika tidak ada rumah bagi mereka," ceritanya.
Ratusan ribu orang telah dievakuasi dari daerah banjir.