TRIBUNNEWS.COM - China telah menjadi negara pertama di dunia yang memberi lampu hijau penggunaan vaksin Covid-19 inhalasi.
Langkah itu membuka jalan bagi potensi penggunaan produk bebas jarum di China, di mana menekan penyebaran Covid-19 tetap menjadi prioritas utama.
Pembuat vaksin, CanSino Biologics, mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Minggu (4/9/2022) bahwa regulator obat-obatan China telah menyetujui dosis inhalasi untuk penggunaan darurat sebagai vaksin penguat.
Mengutip CNN, produk yang dikenal sebagai Convidecia Air, memberikan dosis vaksin melalui embusan udara dari nebulizer yang kemudian dihirup melalui mulut.
Vaksin Convidecia Covid-19 yang disuntikkan CanSino sudah digunakan di China dan telah disetujui di beberapa negara lain.
Menurut database yang dikelola oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), produk baru CanSino adalah salah satu dari dua vaksin "inhalasi" khusus yang telah mencapai pengembangan fase klinis, karena sejumlah perusahaan di seluruh dunia meneliti cara-cara inovatif untuk memberikan perlindungan Covid-19 melalui hidung dan mulut.
Baca juga: Bio Farma Berhasil Kembangkan Vaksin Covid-19, Erick Thohir: Sudah Saatnya Kita Pakai Buatan Sendiri
Izin dari suntikan yang dihirup datang ketika beberapa kota di China memberlakukan penguncian Covid-19 skala besar dan pengujian massal sebagai tanggapan terhadap wabah skala kecil.
Negara ini terus mematuhi kebijakan nol-Covid yang ketat, bahkan ketika seluruh dunia belajar untuk hidup dengan virus tersebut.
Untuk diketahui, lebih dari 70 kota di China telah ditempatkan di bawah penguncian Covid penuh atau sebagian sejak akhir Agustus, berdampak pada lebih dari 300 juta orang, menurut penghitungan CNN.
Tingkat vaksinasi yang rendah di antara orang tua adalah salah satu alasan medis yang digunakan oleh otoritas China untuk membenarkan tindakan pengendalian penyakit yang sedang berlangsung.
Sementara itu, varian baru virus corona telah memengaruhi perlindungan yang ditawarkan oleh vaksin generasi pertama di seluruh dunia, termasuk vaksin buatan China yang memberikan perlindungan antibodi yang kurang kuat dibandingkan dengan vaksin mRNA yang dikembangkan di Barat.
Masih belum jelas di mana vaksin inhalasi baru akan mengisi lanskap ini.
CanSino memperingatkan dalam sebuah perusahaan yang mengajukan bahwa beberapa langkah peraturan tetap ada sebelum vaksin dapat dipasarkan.
Baca juga: Korban Tewas Akibat Gempa di China Bertambah Jadi 65 Orang
Perusahaan itu mengatakan produknya akan menghadapi persaingan sengit di dalam negeri, di mana sembilan vaksin sejauh ini telah menerima otorisasi.