Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Petisi yang menentang proyek kasino di Osaka, rencana 2029 dioperasikan, jumlahnya mencapai 210.000 orang dari jumlah penduduk 8 juta di prefektur Osaka.
"Kita akan selalu menentang proyek kasino tersebut karena akan malah merugikan rakyat setempat, buang-buang uang rakyat (pajak) tidak berguna," papar Tadakazu Konishi, Mantan Wakil Gubernur Prefektur Osaka dalam jumpa persnya siang ini (8/9/2022) di Tokyo.
Jumlah pengunjung diperkirakan 70 persen nantinya adalah orang Jepang. Sedangkan pengelola (operator kasino) adalah orang asing.
"Uang kita akan banyak ke luar negeri nantinya tersedot dari kasino yang dibuka tahun 2029. Demikian pula gara-gara adanya kasino jadi kecanduan rakyat Jepang itu nantinya kepada judi tak ada gunanya," tambahnya.
Belum lagi penggunaan 79 miliar yen pajak yang dipakai untuk memuluskan infrastruktur pembangunan daerah sekitar di Yumeshima tanah reklamasi di Osaka tempat Kasino yang akan dioperasikan nantinya.
Tanah reklamasi Yumeshima sendiri sebenarnya tadinya merupakan tempat buangan sampah dan segala macam. Belum lagi resiko tsunami di sana bila muncul di msa depan, tekannya lagi.
"Sangat tidak bertanggungjawab pembangunan proyek Kasiono di sana yang katanya akan menarik pengunjung 20 juta orang per tahun, malahan akan merusak lingkungan sekitarnya," tambahnya lagi.
Dari 7 kali pertemuan pemerintah dengan masyarakat sekitar, kelompok penentang kasino ini masih melihat penjelasan pemerintah masih sedikit sekali mengenai proyek kasino tersebut.
Walikota Matsui sendiri menyatakan tegas, Expo Osaka 2025 akan menjadi satu dengan proyek kasino tersebut nantinya dan jadi awal promosi besar-besaran kasino itu saat diselenggarakan Expo 2025 di Yumeshima Osaka.
Tomoaki Nomura, Mantan anggota dewan kota Sakai (LD) yang juga menentang proyek tersebut kepada Tribunnews.com mengungkapkan bahwa target penerimaan dari kasino itu 490 miliar yen sangat tidak masuk akal.
"Makau saja dengan penerimaan 288 miliar yen dan satu lagi dikelola SouthChina dengan penghasilan 77 miliar yen. Sedangkan Marina Bays di Singapura hanya menghasilkan 450 miliar yen per tahun," papar Nomura.
Uang miliaran yen itu mestinya bisa dipakai untuk pengembangan ekonomi lain seperti bidang logistik sehingga ekonomi dapat lebih berkembang, "Bukan dengan judi dan kasino seperti itu," tambahnya.
Belum lagi pengelolanya MGM yang menguasai 40% saham operator kasino, nantinya uang kasino diperkirakan akan lari ke luar Jepang.