TRIBUNNEWS.COM, ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meyakini Presiden Rusia Vladimir Putin ingin segera mengakhiri perang di Ukraina.
Hal tersebut dia ungkapkan setelah bertemu Vladimir Putin dalam pertemuan puncak di Uzbekistan pekan lalu.
Dikutip dari The Independent, Erdogan mengatakan dirinya menangkap kesan bahwa Vladimir Putin dia ingin mengakhiri konflik sesegera mungkin, setelah diskusi komprehensif pada pertemuan puncak di Uzbekistan pekan lalu.
The Voice of Ukraine memberitakan, Rusia bersedia mengambil langkah sepakat dengan Ukraina terkait dengan pertukaran tahanan.
“Dua ratus tahanan akan ditukar dengan kesepakatan para pihak. Saya pikir langkah maju yang signifikan akan dibuat,” jelas Erdogan.
Pemimpin Turki itu juga mengkritik invasi Rusia ke Ukraina, dengan mengatakan bahwa tidak ada invasi yang dapat dibenarkan.
Dia mengatakan bahwa pada akhir perang ini, Ukraina akan sepenuhnya memulihkan integritas teritorialnya – termasuk semenanjung Krimea, yang telah berada di bawah pendudukan militer oleh Rusia sejak 2014.
“Jika perdamaian dibangun di Ukraina, pengembalian tanah yang diduduki tentu saja akan menjadi sangat penting,” kata Erdogan.
“Ini yang diharapkan. Inilah yang Anda butuhkan. Putin telah mengambil langkah-langkah tertentu. Kami telah mengambil langkah-langkah tertentu. Tanah yang diduduki akan dikembalikan ke Ukraina,” tambahnya.
Baca juga: Soal Niat Aneksasi 4 Wilayah Separatis Rusia, Menlu Ukraina Sebut Referendum Palsu Tak Ubah Apapun
Pertukaran tahanan sebelumnya dengan Rusia terjadi di Oblast Donetsk pada 2 September. Di antara tentara yang dibebaskan, sepuluh orang berasal dari Brigade Mekanik Terpisah ke-58, dan empat lainnya dari Brigade Bermotor ke-30.
Secara khusus, Ukraina mengembalikan seorang perwira dan petugas medis militer. Para pejuang Ukraina ini ditangkap oleh pasukan Rusia yang menyerang di musim semi.
Mengutip The Independent, keinginan Putin untuk mengakhiri perang terjadi ketika Ukraina telah merebut kembali sejumlah besar wilayah pendudukan, dengan kemenangan terakhir desa Bilohorivka di wilayah Luhansk.
Baca juga: Intelijen Inggris: Armada Laut Hitam Rusia Relokasi Kapal Selamnya dari Semenanjung Krimea
Kemunduran terakhir bagi Kremlin ini berarti mereka tidak lagi memiliki kendali penuh atas provinsi tersebut. Pasukan Zelensky telah melancarkan serangan balasan di wilayah selatan Kherson serta mendapatkan kembali banyak kendali di wilayah Kharviv timur laut.
Menurut Kementerian Pertahanan Inggris, Kapal selam Moskow juga telah mundur dari Krimea ke Krasnodar di Rusia selatan di tengah ancaman keamanan lokal.
Baca juga: Pasukan Ukraina Gunakan Tank yang Ditinggalkan Pasukan Rusia untuk Lakukan Serangan Balik