Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Rostech, 'raksasa industri pertahanan milik negara' Rusia telah berjanji untuk meningkatkan kemampuan produksinya demi memenuhi permintaan yang meningkat terkait perangkat keras militer di tengah mobilisasi parsial.
Seperti yang disampaikan perusahaan tersebut pada Rabu kemarin, keputusan manajemen tertentu pun telah diambil.
"Hari ini, banyak perusahaan Rostech telah memperkenalkan kondisi operasi khusus, karyawan bekerja lembur dan sering juga (bekerja) hingga akhir pekan. Kami akan lebih meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan oleh Rusia," kata Rostech dalam sebuah pernyataan.
Korporasi juga menyatakan harapan agar kontribusinya pada tujuan bersama dapat membantu Rusia memenangkan pertempuran dengan Ukraina.
Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (22/9/2022), pernyataan itu muncul saat Presiden Rusia Vladimir Putin menuntut industri pertahanan negara itu untuk mempercepat pekerjaan mereka di bawah program pengadaan dan akuisisi pertahanan negara.
Baca juga: Mobilisasi Militer di Rusia, Putin Bertekad Habis-habisan di Ukraina tapi Bisakah Mengakhiri Perang?
"Rostech bertanggung jawab atas 40 persen dari semua kontrak akuisisi pertahanan," jelas perusahaan itu.
Perlu diketahui, raksasa industri pertahanan tersebut diantaranya memproduksi pesawat tempur, sistem artileri, senjata presisi tinggi, perangkat komunikasi dan sistem peperangan elektronik radio.
Sebelumnya pada Rabu kemarin, Putin mengumumkan mobilisasi militer parsial.
Ia mengatakan bahwa Kementerian Pertahanan Rusia telah merekomendasikan penarikan tentara cadangan ke dalam dinas aktif, di tengah konflik berkepanjangan di Ukraina dan Donbass.
Menurut Menteri Pertahanan Sergey Shoigu, mobilisasi akan melibatkan panggilan untuk mempersenjatai sekitar 300.000 tentara cadangan atau lebih dari 1 persen dari potensi mobilisasi penuh Rusia.
Aktifkan komponen cadangan
Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengatakan, militer Rusia sedang mempersiapkan sebanyak 300.000 tentara cadangan untuk berjuang di garis depan.
Mereka akan ditempatkan di garda terdepan untuk mempertahankan wilayah yang telah direbut dari negara Ukraina.