TRIBUNNEWS.COM -- Ukraina makin terdesak di dua benteng terakhir di barat Donetsk, Pokrovsk dan Kurakhovo.
Akibatnya, Kiev melakukan taktik pertahanan ketat dan melayani serangan Rusia yang terus merangsek memasuki wilayah tersebut.
Strategi ini ternyata mendapatkan kritikan dari mantan presiden Ukraina, Petro Poroshenko.
Poroshenko yang dikenal sebagai mantan presiden yang pro Rusia tersebut, menuduh bahwa militer Ukraina kembali mengerahkan pasukan penggiling daging, seperti halnya yang dilakukan oleh Rusia.
Ia meminta agar Kiev menghentikan serangan tersebut untus menyelamatkan prajurit yang semakin menipis.
"Kita harus berhenti menggunakan rakyat Ukraina sebagai alat untuk operasi dengan "serangan daging,"" kata Poroshenko dikutip dari Strana, Sabtu (7/12/2024).
Seperti diketahui, strategi giling daging dilakukan oleh Rusia setelah berusaha menaklukkan Donetsk bagian barat. Strategi tersebut dilakukan karena jumlah prajurit Rusia menang banyak dan ingin secepatnya menduduki wilayah yang diserang.
Dalam sebuah wawancara dengan Atlantic Council, ia mengkritik pengiriman prajurit Ukraina untuk menyerbu posisi yang direbut oleh Rusia. "Karena seseorang takut melaporkan kepada atasan bahwa kita kehilangan hutan ini," ujarnya.
Poroshenko percaya bahwa Ukraina harus bersikap defensif dan "melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Rusia pada musim semi 2023," berbicara tentang pembangunan benteng pertahanan.
"Berhentilah memberi perintah untuk operasi ofensif sekarang. Kita bisa melakukannya (melakukan ofensif), tetapi harganya akan sangat mahal. Dan itu akan memberikan hasil negatif di masa mendatang," katanya, menyiratkan tingginya kerugian personel.
"Kita hanya perlu berhenti bekerja di TV dan mulai bekerja untuk menyelamatkan tentara," kata Poroshenko.
Sementara itu di garis depan, halaman publik Ukraina Deep State mengabarkan Ukraina telah kehilangan desa Starye Terny di dekat Kurakhovo.
Jatuhnya Starye Terny tersebut ternyata memperburuk prospek pertahanan kota.