TRIBUNNEWS.COM - Hari bahasa isyarat internasional diawali dengan usulan saat Konvensi Hak Penyandang Disabilitas oleh World Federation of the Deaf (WFD) tahun 2017.
Tujuannya adalah memfasilitasi pembelajaran bahasa isyarat dan mempromosikan identitas linguistik komunitas tunarungu.
Majelis Umum PBB telah mencanangkan 23 September sebagai Hari Internasional Bahasa Isyarat.
Peringatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran akan pentingnya bahasa isyarat dalam realisasi penuh hak asasi manusia tunarungu.
Usulan dari WFD mewakili sekitar 70 juta hak asasi manusia penyandang tunarungu di seluruh dunia.
Resolusi A/RES/72/161 disponsori oleh "Misi Tetap Antigua dan Barbuda" untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Baca juga: Sejarah Singkat Hari Bahasa Isyarat Internasional yang Diperingati 23 September 2022
Selain itu, usulan ini juga disponsori bersama oleh 97 Negara Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa dan diadopsi melalui konsensus pada 19 Desember 2017.
Pemilihan tanggal 23 September memperingati tanggal berdirinya WFD pada tahun 1951.
Peringatan ini menandai lahirnya sebuah organisasi advokasi untuk pelestarian bahasa isyarat dan budaya tuli sebagai prasyarat untuk realisasinya.
Hari Bahasa Isyarat Internasional pertama kali dirayakan pada tahun 2018 sebagai bagian dari Pekan Internasional Tuna Rungu.
Pekan Internasional Tuna Rungu pertama kali dirayakan pada bulan September 1958 dan sejak itu berkembang menjadi gerakan global persatuan tuli dan advokasi bersama untuk meningkatkan kesadaran akan masalah yang dihadapi orang tuli dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Baca juga: 15 Link Twibbon Hari Bahasa Isyarat Internasional 2022 serta Cara Buat dan Bagikan di Media Sosial
Apa Itu Bahasa Isyarat?
Bahasa isyarat merupakan sarana komunikasi manual yang biasa digunakan oleh penyandang tunarungu.
Bahasa isyarat tidak universal karena orang-orang tuli dari berbagai negara berbicara bahasa isyarat yang berbeda.