Ia juga mengatakan putrinya menderita memar di kakinya dan rekaman CCTV menunjukkan "versi yang diedit" dari peristiwa tersebut.
Baca juga: Iran Tutup Layanan WhatsApp dan Instagram di Tengah Protes Kematian Mahsa Amini
Pada Senin (19/9/2022), Brigjen Rahimi menyatakan simpati kepada keluarga Mahsa Amini, tetapi bersikeras bahwa ia tidak menderita luka fisik.
"Bukti menunjukkan bahwa tidak ada kelalaian atau perilaku yang tidak pantas dari pihak polisi," katanya kepada wartawan.
Pemakaman Mahsa Amini digelar pada Sabtu, dihadiri ribuan demonstran dari berbagai daerah untuk memberi dukungan pada keluarganya.
Ayah Mahsa Amini Sebut Otoritas Iran Bohong
Ayah dari Mahsa Amini menuduh pihak berwenang berbohong tentang kematian putrinya.
Di saat yang sama, aksi protes meluas meskipun pemerintah berupaya untuk mengekang perbedaan pendapat dengan pemadaman internet.
Dilansir Tribunnews.com, ayah Mahsa Amini, Amjad Amini, mengatakan dokter sempat menolak mengizinkan dirinya untuk melihat putrinya setelah kematiannya.
Pejabat Iran mengklaim Mahsa Amini meninggal setelah mengalami "serangan jantung" dan koma.
Tetapi, keluarganya mengatakan Mahsa Amini tidak memiliki penyakit jantung sebelumnya, menurut berita Emtedad, outlet media pro-reformasi Iran.
Skeptisisme publik atas laporan pejabat tentang kematian Mahsa Amini telah memicu gelombang kemarahan yang berujung ricuh.
Baca juga: Ayah Mahsa Amini Sebut Otoritas Iran Berbohong soal Kematian Putrinya, Aksi Protes Terus Meluas
"Mereka berbohong. Mereka berbohong. Semuanya bohong… tidak peduli berapa kali saya memohon, mereka tidak mengizinkan saya melihat putri saya,” kata Amjad Amini kepada BBC Persia, Rabu (21/9/2022).
Ketika Amjad Amini melihat tubuh putrinya menjelang pemakamannya, jasad Mahsa Amini seluruhnya dibungkus kecuali kaki dan wajahnya, meskipun terlihat ada memar di kaki.
"Saya tidak tahu apa yang mereka lakukan padanya," katanya.