TRIBUNNEWS.COM - Pemungutan suara dalam referendum yang digelar di sejumlah wilayah Ukraina yang dikuasai separatis serta pasukan Rusia, memasuki hari keempat pada Senin (26/9/2022).
Referendum di empat wilayah Ukraina ini diyakini sebagai cara Rusia mencaplok wilayah Ukraina.
Sebelumnya, Amerika Serikat (AS) telah memperingatkan adanya balasan jika Rusia menggunakan senjata nuklir untuk melindungi wilayah yang dicaplok.
Pejabat Ukraina membeberkan teknis pemungutan suara selama referendum.
Menurut keterangan Gubernur Luhansk, Serhiy Haidai, pemungutan suara yang terjadi di empat wilayah di Ukraina timur dilakukan pejabat lokal yang didukung Moskow.
Mereka, menurut Haidai, membawa kotak surat dari pintu ke pintu atau door to door dan ditemani pejabat keamanan.
Baca juga: Vladimir Putin Perintahkan Mobilisasi Militer, Warga Rusia Eksodus ke Perbatasan
Dilansir Reuters, Haidai mengatakan nama-nama warga yang tidak memilih referendum atau menolak memberikan suara akan dihapus.
"Seorang wanita berjalan di jalan dengan apa yang tampak seperti mikrofon karaoke memberitahu semua orang untuk mengambil bagian dalam referendum," tambah gubernur dalam sebuah wawancara yang diposting online.
"Perwakilan pasukan pendudukan pergi dari apartemen ke apartemen dengan kotak suara. Ini surat suara rahasia, kan?" imbuhnya.
Pasukan Rusia menguasai empat wilayah atau sekitar 15 persen bagian Ukraina.
Jika dibandingkan dengan luas sebuah negara, Rusia tengah menggelar referendum di wilayah yang kurang lebih seukuran Portugal.
Sebelumnya Krimea, yang kira-kira luasnya sama dengan Belgia, juga dicaplok Rusia pada 2014.
Parlemen Rusia dapat bergerak untuk meresmikan aneksasi dalam beberapa hari.
Dengan memasukkan wilayah Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia ke dalam Rusia, Moskow dapat menggambarkan upaya untuk merebutnya kembali sebagai serangan terhadap Rusia sendiri.