News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

OECD: Negara-negara Ekonomi Terdepan Meluncur ke Dalam Resesi, Perang Ukraina Hambat Pertumbuhan

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Trader bekerja di lantai New York Stock Exchange (NYSE) pada 23 September 2022 di New York City. Dow Jones Industrial Average telah turun lebih dari 400 poin karena kekhawatiran resesi. OECD memperkirakan negara-negara dengan ekonomi terdepan dunia akan mengalami resesi tahun depan. Resesi dipicu krisis energi dan juga akibat perang.

TRIBUNNEWS.COM - Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menyebut bahwa ekonomi negara-negara terdepan dunia meluncur ke arah resesi.

Resesi itu disebabkan krisis energi global dan inflasi yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina yang menghambat pertumbuhan ekonomi, The Guardian melaporkan.

Ketergantungan pada gas mahal untuk industri berat dan pemanas rumah akan menjerumuskan Jerman, Italia, dan Inggris ke dalam periode resesi yang panjang.

OECD memproyeksikan pertumbuhan global melambat menjadi 2,2 persen pada 2023 dari perkiraan pada Juni sebesar 2,8 persen.

Karena ekonomi global perlu tumbuh sekitar 4 persen untuk mengimbangi peningkatan populasi, OECD mengatakan pendapatan per kepala akan lebih rendah di banyak negara.

Kepala ekonom sementara OECD, lvaro Pereira, mengatakan dunia membayar harga yang mahal untuk perang Ukraina.

Baca juga: Sri Mulyani Ungkap Ekonomi Global Kian Dekati Jurang Resesi, Ini Indikasinya

Selain itu, keputusan Rusia untuk membatasi akses ke pasokan gas lebih ketat daripada yang diperkirakan pada bulan Juni.

Ia mengatakan pemerintah perlu mendorong rumah tangga dan bisnis untuk mengurangi konsumsi gas dan minyak untuk membantu mengatasi musim dingin yang sulit.

Pereira juga mendukung niat bank sentral untuk menekan inflasi dengan menaikkan suku bunga.

"Kami perlu mengurangi permintaan, tidak ada keraguan tentang itu."

"Dan otoritas moneter dan fiskal perlu bekerja bahu membahu untuk mencapainya," katanya.

Sementara itu, tingkat pertumbuhan China diperkirakan akan turun tahun ini menjadi 3,2%.

Pemulihan di China tahun depan menjadi 4,7% akan lebih lemah dari yang diharapkan, kata OECD, karena Beijing bergulat dengan pasar properti dan sektor perbankan yang terbebani oleh utang besar.

Ilustrasi resesi (freepik)

Namun, forum kebijakan yang berbasis di Paris itu paling khawatir dengan prospek di seluruh Eropa, yang paling terkena dampak langsung dari perang Rusia di Ukraina.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini