TRIBUNNEWS.COM - Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menyebut bahwa ekonomi negara-negara terdepan dunia meluncur ke arah resesi.
Resesi itu disebabkan krisis energi global dan inflasi yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina yang menghambat pertumbuhan ekonomi, The Guardian melaporkan.
Ketergantungan pada gas mahal untuk industri berat dan pemanas rumah akan menjerumuskan Jerman, Italia, dan Inggris ke dalam periode resesi yang panjang.
OECD memproyeksikan pertumbuhan global melambat menjadi 2,2 persen pada 2023 dari perkiraan pada Juni sebesar 2,8 persen.
Karena ekonomi global perlu tumbuh sekitar 4 persen untuk mengimbangi peningkatan populasi, OECD mengatakan pendapatan per kepala akan lebih rendah di banyak negara.
Kepala ekonom sementara OECD, lvaro Pereira, mengatakan dunia membayar harga yang mahal untuk perang Ukraina.
Baca juga: Sri Mulyani Ungkap Ekonomi Global Kian Dekati Jurang Resesi, Ini Indikasinya
Selain itu, keputusan Rusia untuk membatasi akses ke pasokan gas lebih ketat daripada yang diperkirakan pada bulan Juni.
Ia mengatakan pemerintah perlu mendorong rumah tangga dan bisnis untuk mengurangi konsumsi gas dan minyak untuk membantu mengatasi musim dingin yang sulit.
Pereira juga mendukung niat bank sentral untuk menekan inflasi dengan menaikkan suku bunga.
"Kami perlu mengurangi permintaan, tidak ada keraguan tentang itu."
"Dan otoritas moneter dan fiskal perlu bekerja bahu membahu untuk mencapainya," katanya.
Sementara itu, tingkat pertumbuhan China diperkirakan akan turun tahun ini menjadi 3,2%.
Pemulihan di China tahun depan menjadi 4,7% akan lebih lemah dari yang diharapkan, kata OECD, karena Beijing bergulat dengan pasar properti dan sektor perbankan yang terbebani oleh utang besar.
Namun, forum kebijakan yang berbasis di Paris itu paling khawatir dengan prospek di seluruh Eropa, yang paling terkena dampak langsung dari perang Rusia di Ukraina.