TRIBUNNEWS.COM - Serangan udara yang dilakukan pasukan Rusia di Kota Zaporizhzhia, Ukraina pada Sabtu (8/10/2022) malam tewaskan sedikitnya 17 orang.
Pejabat lokal Zaporizhzhia, Anatoliy Kurtev, dalam laporannya pada Minggu (9/10/2022) mengatakan, sejumlah roket menghantam gedung-gedung apartemen.
Setidaknya lima rumah pribadi hancur dan 40 unit bangunan mengalami kerusakan.
Militer Ukraina telah mengonfirmasi serangan ini dan menyebut ada puluhan korban.
Anton Gerashchenko, penasihat senior Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan, angka awal menunjukkan 17 tewas dan 40 terluka setelah serangan terhadap pemukiman warga.
"Rusia tidak dapat melakukan balasan di medan perang dan karena itu menyerang kota-kota di belakang," katanya.
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia-Ukraina Hari ke-228, Putin Tingkatkan Keamanan di Jembatan Kerch Krimea
Sementara itu, menurut laporan Guardian, sedikitnya 12 orang tewas dan 49 dirawat di rumah sakit, termasuk enam anak-anak, akibat serangan di Zaporizhzhia, kata gubernur wilayah itu.
"Mungkin ada lebih banyak orang di bawah reruntuhan. Operasi penyelamatan sedang berlangsung di tempat kejadian. Delapan orang telah diselamatkan," kata Gubernur Oleksandr Starukh.
Dilansir AP News, rentetan roket ini menghantam wilayah tenggara Ukraina setelah sebuah ledakan besar merusak sebagian jembatan Kerch, yang menghubungkan Semenanjung Krimea dengan Rusia pada Sabtu (8/10/2022).
Jembatan itu merupakan jalur arteri pasokan militer selama invasi Rusia ke Ukraina.
Zaporizhzhia telah berulang kali menjadi sasaran serangan dalam beberapa pekan terakhir.
Kota ini juga berada di wilayah yang dikuasai Rusia dan telah dicaplok Presiden Vladimir Putin pada pekan lalu.
Bagian wilayah yang saat ini berada di bawah kendali Rusia merupakan lokasi pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, yang terbesar di Eropa.
Hingga kini, belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan di jembatan Krimea, tetapi itu merupakan pukulan signifikan bagi Rusia dan dapat menyebabkan eskalasi konflik.
Menanggapi insiden itu, Putin menandatangani dekrit untuk memperketat keamanan di jembatan dan infrastruktur energi antara Krimea dan Rusia.
Dekrit itu juga memerintahkan penempatan layanan keamanan federal Rusia, FSB, yang bertanggung jawab atas upaya tersebut.
Beberapa jam setelah ledakan, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan bahwa kepala angkatan udara, Jenderal Sergei Surovikin, terpilih menjadi pemimpin pasukan invasi Rusia di Ukraina.
Jembatan Kerch sepanjang 19 km, di selat antara Laut Hitam dan Laut Azov, adalah simbol pencaplokan Moskow atas Krimea dan penghubung penting ke semenanjung itu, yang dianeksasi Rusia dari Ukraina pada 2014.
Jembatan terpanjang di Eropa senilai $3,6 miliar itu sangat penting untuk menopang operasi militer Rusia di Ukraina selatan.
Putin sendiri yang memimpin peresmian jembatan itu pada 2018.
Beda Reaksi Rusia dan Ukraina
Setelah ledakan terjadi, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memberikan pesan.
Tanpa merujuk pada insiden tersebut, Zelensky mengatakan bahwa cuaca di Krimea berawan.
"Tapi bagaimanapun mendungnya, Ukraina tahu masa depan kita cerah. Ini adalah masa depan tanpa penjajah, di seluruh wilayah kita, khususnya di Krimea," katanya, Sabtu (8/10/2022).
Kepala Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina memposting video jembatan Krimea di media sosial bersama video Marilyn Monroe menyanyikan "Selamat ulang tahun, Tuan Presiden".
Sejak awal invasi, para pejabat Ukraina berupaya menghancurkan jembatan itu.
Penasihat Presiden Zelensky, Mykhailo Podolyak menduga ledakan itu didalangi pihak Moskow lantaran truk berpeledak melakukan perjalanan dari Rusia.
"Tidak diragukan lagi, kami menyaksikan awal dari proses negatif skala besar di Rusia," katanya dalam sebuah komentar, menyalahkan pertikaian di lingkaran dalam Putin.
Baca juga: Vladimir Putin Tunjuk Jenderal Angkatan Udara Baru untuk Pimpin Perang di Ukraina
Baca juga: Ledakan di Jembatan Krimea-Rusia Tewaskan 3 Orang, Kremlin Kecam Pesan Bahagia Ukraina
Sebelumnya, dia menulis cuitan bahwa insiden itu hanyalah "permulaan".
Reaksi Ukraina ini menuai kritikan dari Kremlin.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova menyebut respons Ukraina terhadap insiden di jembatan Krimea menyoroti sifat teroris rezim Kyiv.
"Reaksi rezim Kiev penghancuran infrastruktur sipil menyoroti sifat terorisnya," tulisnya di Telegram, Sabtu (8/10/2022), dilansir TASS.
Ketua parlemen regional yang didukung Rusia di Krimea menuduh Ukraina, tetapi Moskow tidak menyalahkan.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)