Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BRUSSEL – Aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), mengumumkan akan menggelar latihan pencegahan nuklir tahunan yang dijadwalkan berlangsung pada pekan depan.
Rencananya dalam latihan tersebut 14 dari 30 negara anggota NATO akan ikut bergabung dalam latihan.
Latihan yang dijuluki "Steadfast Noon" merupakan latihan bersama yang digelar setiap tahun oleh para anggota NATO.
Baca juga: NATO Gelar Latihan Nuklir Pekan Depan di Tengah Meningkatnya Ketegangan dengan Rusia
Sebelumnya aliansi NATO berencana untuk mengadakan latihan Steadfast Noon pada Februari, namun karena Rusia menginvasi Ukraina membuat latihan tahunan ini terpaksa ditunda.
Dengan melibatkan jet konvensional yang mampu membawa hulu ledak nuklir, bersama dengan pesawat pengintai dan pengisian bahan bakar nantinya latihan Steadfast Noon akan digelar selama satu minggu.
Dimana bagian utama dari latihan akan diadakan 1.000 km dari Rusia. Menurut Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg langkah tersebut diambil selain untuk menjalankan misi tahunan, namun juga untuk membangun kekuatan militer NATO guna mencegah eskalasi Rusia.
"Ketegasan NATO, perilaku yang dapat diprediksi, kekuatan militer kita, adalah cara terbaik untuk mencegah eskalasi,” kata Stoltenberg dalam acara pertemuan para menteri pertahanan NATO di Brussels pada Selasa (11/10/2022).
Terlebih sebelumnya Vladimir Putin telah berulang kali mengisyaratkan ancaman bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklir untuk membela negaranya.
Baca juga: NATO akan Gelar Latihan Steadfast Noon Bersama 14 Negara Anggota: Kami Pantau Kekuatan Nuklir Rusia
Meski Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan bahwa Moskow hanya akan menggunakan senjata itu apabila Rusia menghadapi kehancuran. Namun Stoltenberg menggambarkan komentar Putin tentang nuklir adalah tindakan berbahaya dan sembrono.
Untuk mengantisipasi ancaman nuklir dari Putin, NATO akhirnya resmi menggelar latihan bersama. Menurut Stoltenberg apabila latihan rutin tiba-tiba dibatalkan justru akan mengirimkan sinyal yang sangat salah.
Meski aliansi ini tidak memiliki senjata, akan tetapi melansir dari Al Jazeera rencananya semua senjata yang dibutuhkan selama latihan akan disuplai di bawah kendali tiga negara anggota terbesar NATO yaitu Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis.