News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

NATO akan Gelar Latihan Steadfast Noon Bersama 14 Negara Anggota: Kami Pantau Kekuatan Nuklir Rusia

Penulis: Rica Agustina
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg di pertemuan para menteri luar negeri di Brussel pada 22 Maret 2021. - Aliansi militer NATO akan mengadakan latihan pencegahan nuklir rutin tahunannya minggu depan.

TRIBUNNEWS.COM - Sekretaris Jenderal North Atlantic Treaty Organization (NATO) Jens Stoltenberg mengatakan aliansi militer Barat akan mengadakan latihan pencegahan nuklir rutin tahunannya.

Rencananya, latihan tersebut diadakan minggu depan di tengah meningkatnya ketegangan dengan Rusia atas perang di Ukraina.

Latihan, yang dijuluki "Steadfast Noon" diadakan setiap tahun dan biasanya berlangsung selama sekitar satu minggu.

Latihan itu melibatkan jet tempur yang mampu membawa hulu ledak nuklir, tetapi tidak melibatkan bom langsung.

Jet konvensional bersama dengan pesawat pengintai dan pengisian bahan bakar juga secara rutin ambil bagian dalam latihan.

Empat belas dari 30 negara anggota NATO bergabung dalam latihan tersebut, yang direncanakan sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada Februari.

Baca juga: Pejabat Rusia Ungkap Kremlin Terus Awasi Upaya Ukraina Gabung NATO

Bagian utama dari manuver akan diadakan lebih dari 1.000 kilometer dari Rusia, kata seorang pejabat dari NATO.

"Itu akan mengirimkan sinyal yang sangat salah jika kita tiba-tiba sekarang membatalkan latihan rutin yang sudah lama direncanakan karena perang di Ukraina," kata Stoltenberg kepada wartawan pada malam pertemuan para menteri pertahanan NATO di Brussels.

"Itu akan menjadi sinyal yang salah untuk dikirim," tambahnya.

Stoltenberg mengatakan ketegasan NATO, perilaku dan kekuatan adalah cara terbaik untuk mencegah eskalasi.

"Ketegasan NATO, perilaku yang dapat diprediksi, kekuatan militer kita, adalah cara terbaik untuk mencegah eskalasi," kata Stoltenberg sebagaimana dikutip Al Jazeera.

"Jika sekarang kami menciptakan alasan untuk kesalahpahaman, kesalahan perhitungan di Moskow tentang kesediaan kami untuk melindungi dan membela semua sekutu, kami akan meningkatkan risiko eskalasi."

Dengan mundurnya pasukan Rusia di bawah "pukulam" pasukan Ukraina yang dipersenjatai dengan senjata Barat, Presiden Rusia Vladimir Putin telah meningkatkan taruhannya dalam konflik dalam beberapa pekan terakhir dengan mencaplok empat wilayah Ukraina dan mendeklarasikan mobilisasi sebagian dari ratusan ribu pasukan cadangan untuk menopang front yang runtuh.

Putin telah berulang kali mengisyaratkan dia bisa menggunakan senjata nuklir untuk membela negaranya.

Pada Selasa (11/10/2022), Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan Moskow hanya akan menggunakan itu jika negara Rusia menghadapi kehancuran yang akan segera terjadi.

Berbicara di TV pemerintah, dia menuduh Barat mendorong spekulasi palsu tentang niat Kremlin.

Tentara Inggris di kegiatan latihan militer NATO di Estonia, 26 Agustus 2017. - Aliansi militer NATO akan mengadakan latihan pencegahan nuklir rutin tahunannya minggu depan. (RT.com)

Baca juga: 9 Anggota NATO Dukung Ukraina Masuk Aliansi, Takut Jadi Sasaran Rusia Selanjutnya

"Doktrin nuklir Rusia membayangkan tindakan pembalasan eksklusif yang dimaksudkan untuk mencegah penghancuran Federasi Rusia sebagai akibat dari serangan nuklir langsung atau penggunaan senjata lain yang meningkatkan ancaman bagi keberadaan negara Rusia," kata Lavrov.

NATO sebagai sebuah organisasi tidak memiliki senjata apapun.

Senjata nuklir yang secara nominal terkait dengan NATO tetap berada di bawah kendali tegas tiga negara anggota, yaitu Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis.

Kelompok Perencanaan Nuklir rahasia aliansi akan bertemu pada hari Kamis.

Lebih lanjut, Stoltenberg menggambarkan pernyataan Putin soal senjata nuklir sebagai ucapan yang berbahaya dan sembrono".

Dia menggarisbawahi bahwa sekutu juga telah menyampaikan dengan jelas kepada Rusia itu akan memiliki konsekuensi yang parah jika Moskow nekat menggunakan senjata nuklir.

"Kami sedang memantau kekuatan nuklir Rusia," kata Stoltenberg.

"Kami belum melihat perubahan apa pun dalam sikap Rusia, tetapi kami tetap waspada."

(Tribunnews.com/Rica Agustina)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini