News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

OPEC+ Pangkas Produksi Minyak, Benarkah Kini Arab Saudi Lebih Memihak Rusia daripada AS?

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) berjabat tangan dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman selama pertemuan di sela-sela KTT G20 di Osaka pada 29 Juni 2019. OPEC+ pangkas produksi minyak, AS panik, menuduh Arab Saudi dan negara-negara tetangganya lebih berpihak ke Rusia.

TRIBUNNEWS.COM - Setelah OPEC+ memutuskan memangkas produksi minyak, hubungan antara Amerika Serikat dan Saudi Arabia sedikit menegang.

Arab Saudi dinilai mendukung Rusia dan dengan sengaja mengabaikan Amerika Serikat, menurut penulis Kersten Knipp dari Deutsche Welle.

Reaksi dari AS cukup jelas.

Gedung Putih menyebut keputusan yang diambil oleh OPEC+ pada 5 Oktober itu "mengecewakan."

OPEC+ adalah kelompok negara pengekspor minyak.

Ada 22 anggota OPEC+ termasuk Arab Saudi, Irak serta Rusia.

Baca juga: AS-Timur Tengah Memanas, Biden Geram Arab Saudi Pangkas Produksi Minyak: Ada Konsekuensi

Keputusan itu berarti bahwa produksi minyak anggota OPEC+ akan dipotong sebesar 2 juta barel, atau sekitar 2 persen dari produksi global, pada bulan November.

"Keputusan OPEC+ itu menunjukkan adanya masalah dengan hubungan AS dengan sekutu tradisional seperti Arab Saudi," kata Presiden AS Joe Biden.

Penyiar AS CNN memperoleh poin pembicaraan yang dikirim Gedung Putih ke Departemen Keuangan AS.

Keputusan OPEC+ itu digambarkan sebagai "bencana total" dan "tindakan bermusuhan."

Sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan kepada wartawan bahwa jelas bahwa OPEC+ bersekutu dengan Rusia.

Sementara itu, Pemimpin Mayoritas Senat Charles Schumer, seorang Demokrat, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa apa yang telah dilakukan OPEC+ adalah "tindakan yang sangat sinis."

Kemarahan dan eskalasi

Pada hari Selasa (11/10/2022), kemarahan di kalangan politik AS meningkat.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini