Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Mantan pengikut Gereja Unifikasi yang menggunakan nama samaran Sayuri Ogawa mengaku pernah mendapat pelecehan seksual.
Selain pelecehan seksual, Sayuri Ogawa juga mengaku keluarganya diperas Gereja Unifikasi (kini bernama Family federation for World Peace and Unification) dan mendapat ancaman dari pihak gereja tersebut.
Baca juga: FAKTA Gereja Unifikasi: Hubungannya dengan Mantan PM Shinzo Abe, Politik Jepang dan Korea Utara
"Saya pernah mendapat perlakuan pelecehan seksual oleh petugas Gereja Unifikasi atau cult tersebut, dibawa ke Korea, yang katanya untuk retret dan saya dikatakan mungkin kena kutuk setan sehingga perlu dibersihkan," ungkap Sayuri Ogawa di klub pers wartawan asing Jepang (FCCJ), 7 Oktober 2022.
Selain itu Ogawa juga mengakui orang tuanya pernah diperas gereja tersebut.
"Bahkan uang baito (kerja paruh waktu) saya pernah diambil ibu untuk diserahkan kepada gereja tersebut," katanya.
Ogawa mengatakan orang tuanya menyumbangkan total 10 juta yen ke gereja selama 40 tahun.
Ogawa memiliki pekerjaan paruh waktu selama dua tahun setelah lulus dari sekolah menengah atas.
Tetapi orang tuanya memaksanya untuk menyumbangkan hampir seluruh pendapatannya sebesar 2 juta yen atau lebih untuk Gereja Unifikasi atau cult tersebut.
Ogawa mengatakan bahwa kedua orang tuanya adalah anggota gereja yang aktif.
Ayahnya sebagai kepala gereja di lingkungan tempat tinggalnya dan ibunya bekerja untuk kampanye seorang anggota gereja yang ikut dalam pemilihan majelis lokal.
Baca juga: Mengenal Gereja Unifikasi, Awal Berdiri Unification Church dan Isi Ajaran Sun Myung Moon
Ogawa menyerukan revisi hukum untuk memberikan dukungan kepada anak-anak anggota cult, bersama dengan pedoman tentang sumbangan besar ke gereja.
Dia juga menyerukan aturan tentang apa yang dianggap tepat dalam hal hubungan politisi dengan gereja.
"Saya berharap komunitas internasional dapat menekan pemerintah dan gereja seperti cult tersebut agar melindungi anak-anak dan memproteksi para korban dari gereja itu," kata Ogawa.