News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Ukraina Kian Terjepit, Rusia Dikabarkan Pesan Drone Terkuat Iran yang Didesain untuk Serang Israel

Penulis: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Komandan Angkatan Darat Iran, Kiyoumars Heydari menyebut pesawat tak berawak alias drone yang diberi nama Arash-2 ini memang dirancang khusus untuk melakukan serangan ke negara Israel.

TRIBUNNEWS.COM, KYIV - Ukraina saat ini menghadapi tantangan lebih besar ketika Iran dikabarkan sedang mengirimkan drone kamikaze Arash-2 yang berkemampuan lebih tinggi daripada Shahed-136.

Sejumlah laporan yang dikutip media internasional menyebut Kremlin telah memesan jenis baru kendaraan udara tak berawak dari Iran, yang belum digunakan dalam serangan Rusia di Ukraina.

Pakar Pusat Jurnalisme Militer-Politik Rusia, Boris Rozhin, menyebut secara gamblang, drone yang dimaksud adalah drone Arash-2.

Beberapa waktu lalu, Komandan pasukan darat Iran, Brigadir Kioumars Heydari, mengatakan bahwa drone ini dirancang khusus untuk menyerang Tel Aviv dan Haifa, kota-kota terbesar di Israel.

Jangkauan terbang drone adalah 2000 km. Heydari juga mengatakan bahwa model ini memiliki akurasi panduan yang lebih tinggi.

Kembali ke penjelasan Rozhin, ia menyatakan bahwa Arash-2 memiliki muatan amunisi yang lebih besar daripada model drone Shahid-136 yang sudah digunakan di Ukraina.

Baca juga: UPDATE Perang Rusia-Ukraina Hari ke-232: Drone Kamikaze Serang Kyiv, Mykolaiv Dikepung Semalam

Rozhin mencatat bahwa Iran sebenarnya memiliki banyak UAV menarik yang berbeda - pengintaian, serangan, kamikaze.

Pakar militer percaya bahwa Rusia perlu mengembangkan produksi senjata jenis ini sendiri.

Negara ini perlu mengembangkan drone sendiri dan mulai memproduksi drone asing berlisensi.

“Fakta bahwa ada Iran atau China, yang dalam berbagai masalah dapat membantu, itu bagus, tetapi kompleks industri militer harus berjuang untuk siklus penuh produksi semua yang diperlukan. Saya harap setelah operasi militer khusus di Ukraina , masalah ini menjadi sangat jelas," Rozhin menyimpulkan.

Bikin geram Uni Eropa

Aksi drone buatan Iran yang terus bombardir wilayah Ukraina membuat geram para pemimpin Barat.

Drone Kamikaze tersebut rupanya sangat sulit untuk dibendung menggunakan sistem pertahanan udara Ukraina.

Kyiv bahkan menurunkan pesawat Mig 29 untuk memburu drone buatan Iran itu.

Sayangnya, pesawat tempur Ukraina tersebut justru jatuh kala memburu senjata nirawak itu.

Kini, Iran menghadapi sanksi baru dari Eropa karena memasok drone mematikan kepada Rusia selama invasi ke Ukraina.

Para menteri luar negeri Eropa akan mendiskusikan soal transfer drone Iran kepada Rusia serta kesepakatan politik mengenai sanksi dalam pertemuan pada Senin (17/10/2022) mendatang.

Ukraina melaporkan rentetan serangan Rusia dalam beberapa pekan terakhir yang menggunakan drone Shahed-136 buatan Iran.

Teheran membantah memasok drone ke Rusia, sementara Kremlin belum berkomentar.

Serangan terbaru terjadi pada Kamis (13/10/2022), ketika tiga pesawat tak berawat yang dioperasikan pasukan Rusia menyerang kota kecil Makariv, sebelah barat ibu kota Ukraina, Kyiv.

Para pejabat Ukraina mengatakan infrastuktur penting mengalami kerusakan karena serangan dari "drone bunuh diri" buatan Iran tersebut, lapor Arab News. 

Menurut para diplomat yang mengutip persiapan pertemuan para menteri Eropa di Luksemburg, analisis aktivitas drone telah dilakukan dengan topik yang sekarang menjadi agenda.

Baca juga: Pertama Kalinya Drone Kamikaze Asal Iran Digunakan Rusia untuk Serang Ukraina, 200.000 Warga Panik

Para diplomat mengatakan, mungkin ada kesepakatan politik yang akan membuka jalan bagi sanksi di tahap selanjutnya.

Sementara itu, seorang juru bicara Uni Eropa mengonfirmasi rencana pembahasan Iran pada pertemuan Senin tetapi menolak berkomentar apakah drone Iran atau sanksi atas transfer drone akan menjadi agenda.

"Itu akan diperiksa, tetapi sanksi tidak akan terjadi sekarang," kata salah satu diplomat, lapor Reuters. 

Negara-negara Eropa menilai tindakan Teheran memasok drone ke Moskow telah melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB 2231, yang mendukung Rencana Aksi Komprehensif Gabungan 2015 untuk mengekang program nuklir Iran.

Embargo senjata terhadap Iran berakhir pada Oktober 2020, tetapi resolusi tersebut masih mencakup pembatasan rudal dan teknologi terkait yang berlangsung hingga Oktober 2023 dan mencakup ekspor dan pembelian sistem militer canggih.

Prancis dan Jerman, kedua pihak dalam kesepakatan nuklir Iran tahun 2015, menegaskan bahwa pasokan senjata drone itu melanggar resolusi PBB.

Keduanya mendesak Teheran dijatuhi sanksi baru yang lebih keras.

Seorang sumber diplomatik mengatakan pesawat tak berawak itu juga berada di bawah Rezim Kontrol Teknologi Rudal, sebuah perjanjian oleh 35 negara bagian yang berupaya membatasi proliferasi rudal, teknologi rudal, dan pesawat tak berawak.

Iran bukan penandatangan perjanjian itu, tetapi Rusia termasuk di dalamnya.

AS menjatuhkan sanksi bulan lalu pada perusahaan Iran karena mengoordinasikan penerbangan militer untuk mengangkut drone Iran ke Rusia, dan tiga perusahaan lain yang terlibat dalam produksi drone Iran.

Tidak hanya soal drone, para pejabat Eropa juga berencana menjatuhkan sanksi tegas kepada Teheran atas pelanggaran HAM terhadap protes kematian Mahsa Amini.

Lebih dari 200 warga Iran telah dibunuh oleh pasukan keamanan dalam gelombang demonstrasi yang melanda negara itu.

Drone Shahed-136

Drone Shahed-136 buatan Iran belakangan menjadi buah bibir lantaran sepak terjangnya di medan perang Ukraina.

Shahed-136 kini menjadi tulang punggung Rusia menghantam target-target mereka di Ukraina.

Drone Shahed-136 selain harganya murah, juga sulit dideteksi radar karena bentuknya yang didesain siluman, berdesain sayap delta dan hampir menyerupai pesawat bomber Amerika Serikat B-2, dalam ukuran yang "mini".

Drone Shahed-136 juga diklaim mampu beroperasi dalam jarak jauh, hingga masuk ke garis belakang dan menghancurkan pertahanan musuh.

Awalnya banyak yang mencibir dan meremehkan klaim tersebut.

Hingga akhirnya Rusia melakukannya untuk membombardir Kyiv dan beberapa kota penting di Ukraina yang berjarak ratusan kilometer dari medan perang di garis depan.

Dikutip dari Sofrep.com, Shahed-136 memiliki platform sayap delta yang luas dengan kemudi yang menstabilkan.

Badan pesawatnya terpusat dan menyatu dengan sayap untuk menghasilkan “bentuk yang elegan.”

Sementara itu, bagian hidung memiliki hulu ledak serta sistem optik untuk serangan presisi.

Kemudian, mesin duduk di bagian belakang badan pesawat yang memiliki baling-baling berbilah dua.

Drone ini adalah pesawat tak berawak dengan jenis Kamikaze, yaitu drone bunuh diri.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini