Padahal sejak tahun lalu, kepemimpinannya dilanda krisis perlambatan ekonomi, kebijakan Covid-19 yang kontroversial, keterasingan yang meningkat dari Barat, hingga kritik karena mendukung Rusia.
"Dalam hal pembuatan kebijakan, itu berarti bahwa ada kemungkinan lebih menghormati pandangan Xi Jinping sendiri tentang bagaimana menggerakkan negara dan ekonomi ke depan," kata Alvin Tan, kepala strategi Asia FX di RBC Capital Markets di Singapura.
"Saya dapat membayangkan bahwa kebijakan nol-Covid kemungkinan lebih mengakar, dan akan ada dorongan lebih lanjut pada masalah kemakmuran bersama ini dan sejenisnya," katanya.
Seperti perkiraan, susunan pemimpin baru PKC tidak termasuk penerus yang jelas dari Xi.
Hu Chunhua (59), wakil perdana menteri yang sebelumnya disebut-sebut sebagai calon penerus Xi dan calon Komite Tetap juga tidak termasuk dalam susunan pemimpin yang baru.
Pembukaan itu dilakukan sehari setelah Li Keqiang dan Wang Yang, yang dipandang oleh para analis sebagai relatif moderat yang cukup muda untuk menjabat lebih lama di badan-badan pengambil keputusan teratas, dikeluarkan dari Komite Sentral.
Keduanya memiliki hubungan dengan Liga Pemuda Komunis, sebuah kelompok yang pernah berpengaruh dan menurut para ahli telah kehilangan kekuasaan di bawah Xi.
Baca juga: Jokowi Puji Gaya Kepemimpinan Presiden China Xi Jinping
Sementara itu, Politbiro yang baru tidak berisi anggota perempuan.
Padahal sebelumnya setidaknya ada satu anggota wanita, dan telah berkurang jumlahnya menjadi 24 dari 25.
Xi Jinping menghapus batas masa dua periode jabatan presiden pada 2018 lalu.
Masa jabatannya sebagai presiden kemungkinan akan diperbarui pada sesi parlemen tahunan pada bulan Maret, di mana perdana menteri berikutnya juga akan secara resmi ditunjuk.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)