Namun, pada 15 Oktober lalu, tepatnya pukul 05.00 pagi, B meninggalkan pabrik lebih awal karena alasan manajemen jam kerja.
Lalu sang kekasih, yakni mendiang K tersangkut dan masuk ke dalam mesin mixer yang mencampur saus sandwich pada pukul 06.20, setelah bekerja selama 10 jam.
"Jika ada setidaknya satu orang yang berada di sebelahnya, jika seseorang telah menekan tombol darurat, tapi tidak ada yang menekannya dan mesin tidak berhenti," kata kekasih K.
Baca juga: Toko Roti Paris Baguette Diboikot, Buntut Pekerja Wanita 23 Tahun Tewas Tersangkut Mesin Mixer
Kata-kata singkat yang K dan B saling sampaikan saat B meninggalkan pekerjaan lebih awal akhirnya menjadi perpisahan terakhir pasangan itu.
Begitu pula dengan mimpi K yang ingin membuka toko rotinya sendiri suatu hari nanti.
"Ia selalu suka membuat roti dan sudah melakukannya sejak SMA. Ia ingin membuka toko roti sendiri nanti," papar kekasih K.
Sebelumnya, mendiang K mengambil jurusan 'pastry making' di sekolah menengah dan segera dipekerjakan sebagai pembuat roti di toko Paris Baguette setelah lulus.
Ia kemudian beralih pekerjaan untuk bekerja di SPL, sebuah pabrik adonan yang memasok bahan-bahan ke Paris Baguette, dua tahun sembilan bulan lalu.
Setelah beberapa bulan bekerja, almarhum dilaporkan mulai bekerja shift malam di pabrik itu.
Itu adalah pekerjaan berat yang membutuhkan tenaga yang kuat karena harus mengangkat tas seberat puluhan kilogram.
Namun mendiang K disebut lebih rajin dalam melakukan pekerjaannya dibandingkan siapapun.
Mirisnya, impiannya untuk mengasah keterampilan dan membuka toko rotinya sendiri suatu hari nanti terhenti di mesin dingin di pabrik pembuatan adonan.
"Ia adalah seorang gadis biasa berusia 20-an tahun yang suka memakai make-up dan bekerja keras di malam hari untuk mendapatkan uang demi membeli rumah," kata kerabat K.
Kerabatnya menjelaskan bahwa meskipun mendiang K membantu keuangan keluarganya, ia bukan satu-satunya pencari nafkah bagi seluruh keluarga.