TRIBUNNEWS.COM - Rusia menyatakan akan melanjutkan kesepakatan yang memungkinkan Ukraina mengekspor gandum melalui Laut Hitam, setelah sempat menarik diri.
Empat hari lalu, Rusia menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian ekspor gandum menyusul serangan drone Ukraina terhadap kapal perangnya di pelabuhan Sevastopol.
Moskow bahkan mengatakan tidak dapat menjamin keselamatan kapal-kapal sipil bermuatan gandum yang melintasi Laut Hitam.
Namun pada Rabu ini, Kremlin mengumumkan akan bergabung kembali dalam perjanjian tersebut.
"Federasi Rusia menganggap bahwa jaminan yang diterima saat ini tampaknya cukup, dan melanjutkan implementasi perjanjian," kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan, Rabu (2/11/2022), lapor Reuters.
Pengumuman ini terjadi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan panggilan dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan pada Selasa (1/11/2022).
Baca juga: Para Pemimpin Tentara Bayaran Rusia Wagner Kini Miliki Pengaruh Politik Sama Seperti Menteri
Kedua menteri pertahanan juga melakukan pembicaraan tersendiri.
"Ini adalah perubahan haluan yang tidak terduga," kata Andrey Sizov, kepala konsultan pertanian Sovecon yang berfokus pada Rusia.
"Kami tidak mengubur kesepakatan ini, tetapi kami juga tidak mengharapkan Rusia kembali begitu cepat, karena tidak begitu jelas jaminan seperti apa yang bisa didapat Rusia dan seberapa cepat itu akan terjadi. Tapi, baiklah, kerja bagus Erdogan," katanya, memuji Presiden Turki.
Erdogan mengatakan pengiriman akan diprioritaskan ke negara-negara Afrika, termasuk Somalia, Djibouti dan Sudan.
Dalam pernyataannya, Kremlin mengaku akan mempertimbangkan melanjutkan perjanjian setelah dilakukan penyelidikan atas serangan drone terhadap Armada Laut Hitam pada Sabtu lalu.
Rusia menuduh Ukraina mendalangi serangan itu dengan dukungan Inggris.
Namun Kyiv belum mengaku bertanggung jawab atas tuduhan tersebut dan membantah menggunakan koridor keamanan ekspor gandum untuk tujuan militer.
Inggris juga membantah terlibat dan menuduh Rusia mencoba mengalihkan perhatian dari kegagalan militernya di Ukraina.