Sisanya dari hampir 320.000 wajib militer berada di kamp pelatihan di Rusia.
Mobilisasi parsial tuai kritik
Kritik muncul atas kampanye mobilisasi yang kacau karena wajib militer Rusia mengatakan ratusan orang tewas dalam sebuah serangan.
Kesediaan Moskow untuk melemparkan ratusan wajib militer yang tidak dipersiapkan dengan baik ke garis depan di timur Ukraina telah memicu kemarahan yang meningkat di Rusia karena lebih banyak peti mati kembali dari Ukraina.
Jumat lalu, Putin membual bahwa Rusia telah memobilisasi 318.000 orang ke dalam angkatan bersenjatanya, mengutip sejumlah besar "sukarelawan".
Baca juga: Ukraina Sebut Tak Pernah Tolak Negosiasi dengan Rusia, Tapi Ada Syaratnya
Kyiv mengaku tidak pernah menolak bernegosiasi dengan Moskow
Seorang penasihat senior presiden Ukraina mengatakan Kyiv tidak pernah menolak untuk bernegosiasi dengan Moskow.
Ukraina menegaskan pihaknya siap untuk melakukan pembicaraan dengan pemimpin masa depan Rusia, tetapi tidak dengan Vladimir Putin.
“Ukraina tidak pernah menolak untuk bernegosiasi. Posisi negosiasi kami diketahui dan terbuka,” tulis Mykhailo Podolyak di Twitter, mengatakan bahwa Rusia harus terlebih dahulu menarik pasukannya dari Ukraina.
“Apakah Putin siap? Tentu saja tidak. Oleh karena itu, kami konstruktif dalam penilaian kami: kami akan berbicara dengan pemimpin berikutnya.”
Ukraina soal tawaran hubungan keamanan dengan Israel
Zelensky mengajukan tawaran untuk hubungan keamanan yang lebih dekat dengan Israel pada hari Senin (7/11/2022).
Baca juga: Dibombardir Oleh Drone Rusia Tanpa Henti, Ukraina Terancam Kehabisan Senjata Pertahanan Udara
Presiden Ukraina mengatakan kedua negara menghadapi ancaman yang sama.
"Saya pikir jelas bagi semua orang apa yang ditekankan Ukraina dan penekanan keamanan Israel," katanya dalam pidato malamnya setelah percakapan dengan Benjamin Netanyahu, pemenang dalam pemilihan Israel pekan lalu.