Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BERLIN - Jerman kemungkinan akan menghadapi kekurangan daging dan lonjakan harga berikutnya dalam empat hingga enam bulan ke depan.
Hal ini dilaporkan media Jerman, Die Welt pada pekan ini, mengutip Asosiasi Industri Daging Jerman (VDF).
"Dalam empat, lima, enam bulan kami akan memiliki celah di rak daging," kata Kepala Penjualan Grup di pemasar daging Westfleisch dan anggota dewan VDF, Hubert Kelliger.
Menurutnya, kelangkaan terburuk diperkirakan terjadi pada pasokan daging babi.
Baca juga: Dihantui Krisis Energi, Orang Jerman Datangi Kursus Menghadapi Pemadaman Listrik
Ia mengatakan bahwa Jerman bersikeras untuk mengurangi jumlah ternak hingga setengahnya untuk melindungi iklim.
Namun, para ahli menilai ini akan menyebabkan penutupan massal perusahaan penghasil daging, yang pada gilirannya akan mengakibatkan kenaikan harga daging sebesar 40 persen.
Dikutip dari laman Russia Today, Minggu (20/11/2022), pemotongan jumlah ternak juga dapat menyebabkan penurunan pasokan pupuk alami, yang mengakibatkan penurunan hasil panen sayuran atau melonjaknya biaya produksi akibat mahalnya harga pupuk buatan.
Situasi ini pun akan memperburuk krisis pangan di Jerman.
Saat perwakilan industri daging mencatat bahwa vegetarisme dan veganisme menjadi semakin populer di negara tersebut selama beberapa tahun terakhir, mereka juga mengatakan lebih dari 90 persen orang masih membeli dan mengkonsumsi daging.
Jerman saat ini semakin mengandalkan impor daging daripada produksi dalam negeri.
Menurut VDF, pangsa produk daging sapi dan babi dari luar negeri telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, dan Jerman saat ini merupakan importir daging terbesar di Eropa.
Jerman semakin mengandalkan impor daging daripada produksi dalam negeri.
Baca juga: FDA Tidak Temukan Unsur Membahayakan Pada Daging Ayam Hasil Rekayasa Genetika
Pangsa produk daging sapi dan babi dari luar negeri telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, dan negara tersebut saat ini merupakan importir daging terbesar di Eropa, menurut VDF.
Pakar VDF mengatakan Jerman membuat kesalahan yang sama dengan beralih ke impor daging seperti yang terjadi pada energi.
Ketergantungan yang meningkat pada impor dapat menyebabkan risiko krisis pangan bersamaan dengan krisis energi.
Kelliger mengatakan satu-satunya cara untuk menghindari hal ini adalah swasembada produksi daging.