TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mahathir Mohamad yang menjabat sebagai perdana menteri Malaysia selama lebih dari dua dekade dalam dua masa jabatan, gagal mempertahankan kursi parlementernya di daerah pemilihan pulau Langkawi.
Hal tersebut membuat Mahathir Mohamad mengalami kekalahan pemilu pertamanya dalam 53 tahun pada Sabtu (19/11/2022).
Banyak pihak menilai, ini dapat menandai akhir karir politik Mahathir yang sudah berlangsung selama tujuh dasawarsa.
Baca juga: Sejarah Baru Pemilu Malaysia, Partai Penguasa Selama Bertahun-tahun Terakhir Jeblok, Mahathir Kalah
Kursi tersebut dimenangkan oleh Mohd Suhaimi Abdullah, kandidat dari aliansi Perikatan, yang dipimpin oleh mantan perdana menteri lainnya, Muhyiddin Yassin.
Ini adalah kekalahan pemilihan pertama Mahathir sejak 1969.
Mahathir memimpin koalisi yang telah berjanji untuk menjatuhkan pemerintahan Barisan Nasional yang kini sedang menjabat atas tuduhan korupsi.
Tetapi aliansinya tidak dianggap sebagai pesaing utama, dengan Barisan menghadapi dua koalisi besar lainnya - blok Muhyiddin dan satu lagi yang dipimpin oleh saingan lama Mahathir, Anwar Ibrahim.
Mahathir mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara bulan ini bahwa dia akan pensiun dari politik jika dia kalah.
"Saya tidak melihat diri saya aktif dalam politik sampai saya berusia 100 tahun," katanya.
Dia menambahkan, "Yang paling penting adalah mentransfer pengalaman saya kepada para pemimpin muda partai."
Baca juga: Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad Kalah dalam Pemilu Pertama Kali Sejak 1969
Siapa pemenang pemilu Malaysia?
Sebagai informasi, warga Malaysia kemarin memberikan suara dalam pemilihan umum yang mungkin gagal untuk mengakhiri fase ketidakstabilan politik baru-baru ini di negara tersebut.
Pasalnya, hasil jajak pendapat memperkirakan tidak ada pemenang yang jelas.
Melansir Reuters, aliansi yang dipimpin oleh pemimpin oposisi veteran Anwar Ibrahim diperkirakan akan memperoleh kursi terbanyak di parlemen tetapi gagal mencapai mayoritas yang diperlukan untuk membentuk pemerintahan.
Sementara, Koalisi Barisan pimpinan Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob dan blok lain yang dipimpin oleh mantan perdana menteri Muhyiddin Yassin adalah pesaing utama lainnya. Aliansi Muhyiddin adalah mitra junior dalam pemerintahan koalisi Ismail, dan keduanya bisa bersatu lagi untuk memblokir Anwar.
Baca juga: Sejarah Baru Pemilu Malaysia, Partai Penguasa Selama Bertahun-tahun Terakhir Jeblok, Mahathir Kalah
Tanpa pemenang yang jelas, ketidakpastian politik dapat berlanjut karena Malaysia menghadapi perlambatan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan inflasi.
Malaysia telah memiliki tiga perdana menteri dalam beberapa tahun, termasuk Mahathir Mohamad.
Jika Anwar merebut jabatan puncak, itu akan menjadi perjalanan yang luar biasa bagi seorang politisi yang dalam 25 tahun telah beralih dari pewaris jabatan perdana menteri menjadi tahanan politik, menjadi tokoh oposisi terkemuka negara itu.
Sumber: Kontan