Namun, lanjutnya, ini adalah pertemuan ke-10 Dewan Keamanan di mana tidak ada tindakan yang diambil, dan dia menyalahkan Rusia dan China yang memiliki hak veto.
"Kami siap bertemu tanpa prasyarat, dan saya meminta DPRK untuk terlibat dalam diplomasi yang serius dan berkelanjutan," katanya.
"Tapi DPRK tetap tidak menanggapi dan malah memilih melanjutkan perilaku sembrono ini. Dewan malah harus menanggapi."
Baca juga: Korea Utara Luncurkan Rudal Balistik Antarbenua ke ZEE Jepang, ICBM Berpotensi Jangkau Daratan AS
Duta Besar Korea Selatan untuk PBB, Joonkook Hwang mengatakan pernyataan presiden adalah tindakan minimum yang diharapkan oleh komunitas internasional dari Dewan Keamanan sebagai tanggapan atas tindakan Korea Utara.
Menanggapi Rusia, Hwang menegaskan kembali bahwa latihan militer bersama Korea Selatan yang sudah berlangsung lama dengan AS bersifat defensif dan tidak pernah bisa menjadi alasan untuk pengembangan nuklir dan rudal ilegal Korea Utara.
Duta Besar Jepang untuk PBB Ishikane Kimihiro mengatakan kepada dewan bahwa dalam dua bulan terakhir, satu rudal Korea Utara terbang di atas Jepang untuk pertama kalinya dalam lima tahun dan peluncuran 17 November berdampak di zona ekonomi eksklusif Jepang, hanya 200 kilometer dari Hokkaido.
Ishikane menyebut ini sebagai eskalasi yang tidak dapat diterima dan melanggar hukum.
Perhitungan menunjukkan bahwa rudal baru, dengan hulu ledak nuklir, dapat menghantam seluruh Asia, Eropa, Amerika Utara dan Afrika dan sebagian Amerika Selatan, kata Ishikane.
"Sangat keterlaluan membiarkan Korea Utara menyandera seluruh komunitas internasional," katanya.
(Tribunnews.com/Rica Agustina)