TRIBUNNEWS .COM, NEW YORK – William Van Wagenen, seorang peneliti dan penulis untuk Institut Libertarian, menyusun laporan panjang kisah di balik kekejaman ISIS di Irak dan Suriah.
Spesifiknya, Wagenen menelisik aksi teroris Mohammed Emwazi alias Jihadi John, yang pada Agustus 2014 mengeksekusi James Foley, jurnalis independen dari Amerika di Raqqa, Suriah.
Artikelnya dipublikasikan di situs independen spesialis mendalami geopolitik Asia Barat, The Cradle, Jumat (25/11/2022).
Di balik eksekusi James Foley dan kemunculan Jihadi John itu, menurut Wagenen, terdapat jejak operasi intelijen Inggris dan juga Amerika.
Wagenen telah banyak menulis tentang perang Suriah, dengan fokus khusus pada peran perencana AS dan Inggris dalam memicu dan memperburuk konflik.
William van Wagenen memegang gelar master dalam Studi Teologi dari Universitas Harvard. Ia pernah lolos dari penculikan di wilayah Sinjar, Irak pada 2007.
Berikut ini laporan panjang William Van Wagenen di The Cradle, yang telah dialihbahasakan dengan penyesuaian tanpa mengubah substansi dan konteks.
Baca juga: Allison Fluke-Ekren, Wanita AS yang Latih Para Wanita ISIS di Suriah
Baca juga: Ini Dia Wanita AS Pentolan Batalyon Khusus ISIS di Raqqa Suriah
Pada 19 Agustus 2014, ISIS merilis video pemenggalan kepala jurnalis Amerika, James Foley, yang diculik organisasi teroris itu pada 2012, saat melaporkan konflik di Suriah.
Eksekusi mengejutkan Foley menjadi salah satu berita perang Suriah yang paling banyak diikuti pada waktu itu.
Pembunuh Foley belakangan dikenali sebagai Mohammed Emwazi, atau disebut Jihadi John oleh media barat.
Emwazi adalah seorang Inggris kelahiran Kuwait dari London Barat. Dalam video eksekusi Foley, aksen London Emwazi jelas terdengar.
Namun, apa yang kurang diketahui tentang anggota ISIS yang terkenal kejam itu, adalah ia melakukan perjalanan ke Suriah sebagai bagian saluran teror yang didirikan intelijen Inggris.
Kelompok Emwazi menculik James Foley saat mereka berperang untuk kelompok Khatibat al-Muhajireen – atau Brigade Emigran – yang mendapat dukungan langsung intelijen Inggris.
Banyak anggota al-Muhajirin, termasuk Emwazi, kemudian membantu meletakkan dasar bagi kebangkitan ISIS dengan bergabung dengan kelompok teror yang didirikan pada April 2013 itu.
Sesudah diculik, Foley ditahan di penjara yang dikendalikan bersama oleh kelompok bersenjata Liwa al-Tawhid, atau Brigade Monoteisme.
Kelompok ini beroperasi di bawah payung Tentara Pembebasan Suriah (FSA) dan menerima bantuan langsung dari intelijen AS.
Beberapa di antaranya termasuk senjata yang dijual ke ISIS, termasuk kepada pemimpin kelompok yang menguasai James Foley.
Dengan kata lain, meskipun pembunuhan James Foley terjadi di gurun Raqqa, bisa dibilang dimulai di tempat yang lebih akrab, yaitu London dan Washington.
Corong Teror
Jauh sebelum ledakan konflik Suriah, pada 2009, mantan Menteri Luar Negeri Prancis Roland Dumas diberitahu pejabat tinggi Inggris bahwa Inggris sedang mengatur invasi pemberontak ke Suriah.
Ini melibatkan pengiriman jihadis Inggris ke Suriah melalui saluran yang didirikan intelijen Inggris beberapa dekade sebelumnya, untuk berperang di Bosnia dan Kosovo melawan Serbia.
Menurut mantan jaksa federal AS John Loftus, intelijen Inggris telah menggunakan Gerakan Al-Muhajirin yang berbasis di London untuk merekrut militan Islam dengan paspor Inggris untuk perang melawan Serbia.
Al-Muhajirin, yang kemudian dikenal sebagai al-Ghurabaa dan Islam4UK adalah gerakan keagamaan Salafi yang didirikan di Inggris pada 1996 oleh ulama Suriah yang diasingkan Omar Bakri Mohammed.
Seperti dijelaskan jurnalis Nafeez Ahmed, Omar Bakri Mohammed adalah informan lama untuk intelijen Inggris. Ia secara teratur bertemu agen MI5 sepanjang tahun 1990-an.
Bakri mengakui perannya dalam melatih para jihadis untuk dikirim ke luar negeri, dalam sebuah wawancara dengan The Guardian pada Mei 2000.
Sebulan setelah serangan 7 Juli 2005 di London, di mana pembom bunuh diri menargetkan sistem transportasi kota, menewaskan 52 orang, Bakri meninggalkan Inggris ke Lebanon.
Meskipun mantan anggota Muhajirin ikut serta dalam serangan itu, Kantor Dalam Negeri Inggris tidak mencegah Bakri meninggalkan negara itu, tetapi melarangnya kembali lagi.
Pada 2009, pasukan keamanan Lebanon menuduh Bakri melatih anggota Al-Qaeda, sementara Bakri membual.
“Hari ini, Sunni Lebanon yang marah meminta saya untuk mengatur jihad mereka melawan Syiah … Al-Qaeda di Lebanon … adalah satu-satunya yang bisa mengalahkan Hizbullah,” kata Bakri.
Jihadi John
Tapi siapa Muhammad Emwazi? Seperti pernah dilaporkan The Guardian, Mohammad Emwazi datang ke Inggris bersama keluarganya dari negara asalnya, Kuwait, saat masih kecil.
Setelah kuliah di Universitas Westminster untuk belajar Teknologi Informasi, Emwazi menjadi aktif di kelompok warga London Barat yang mengikuti pendakwah bernama Hani al-Sibai.
Beberapa anggota kelompok itu mengambil bagian dalam kamp pelatihan jihad di Inggris Utara dan Skotlandia dan dipantau agen-agen M15.
Pada 2009, Emwazi melakukan perjalanan ke Tanzania dengan dua teman dari grup, Bilal el-Berjawi dan Mohamed Sakr.
Diasumsikan bepergian ke Somalia untuk bergabung dengan afiliasi Al-Qaeda, Al-Shabab. Agen-agen MI5 menahan orang-orang itu di Dar es Salaam dan menginterogasi mereka dalam waktu lama sebelum memaksa mereka kembali ke Inggris.
Tapi Berjawi dan Sakr kemudian berhasil melakukan perjalanan ke Somalia dan tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS.
Emwazi terus dipantau MI5 dan dilarang bepergian ke negara asalnya, Kuwait, pada 2010, di mana ia diduga ingin menikah.
Emwazi mengklaim dia diinterogasi dan dilecehkan di Bandara Heathrow oleh MI5, dan mengeluhkan perlakuannya kepada CAGE.
Ini adalah kelompok advokasi di London yang dipimpin mantan tahanan Guantanamo, Moazem Begg. CAGE kemudian memulai kampanye advokasi atas nama Emwazi.
Namun Emwazi kemudian entah bagaimana kemudian dapat melakukan perjalanan ke Suriah. The Daily Beast melaporkan perkembangan ini tampak aneh.
Emwazi telah digambarkan sebagai anggota inti dari jaringan ekstremis yang terkait kelompok al Shabab di Somalia selama sidang pengadilan pada 2010.
Ia telah diawasi agen MI5 untuk setidaknya lima tahun terakhir. Hubungannya dengan jaringan teror sudah terkenal—namun, dia dibebaskan pihak berwenang untuk melakukan perjalanan ke Suriah.
Jurnalis Nafeez Ahmed melaporkan menurut mantan perwira intelijen kontraterorisme Inggris Charles Shoebridge, pihak berwenang Inggris menutup mata terhadap perjalanan para jihadis itu ke Suriah.
Saat itu sudah ada banyak video dan bukti lain kejahatan kelompok ISIS di Irak dan Suriah. Kondisi ini bersesuaian dengan agenda AS dan kebijakan luar negeri Inggris yang anti-Assad (Suriah).
Ahmed mencatat “corong teror inilah yang memungkinkan orang-orang seperti Emwazi melakukan perjalanan ke Suriah dan bergabung dengan ISIS, meskipun ia diawasi MI5.
Dia telah diblokir oleh dinas keamanan untuk bepergian ke Kuwait pada tahun 2010, mengapa ketika ke Suriah tidak dicegah? Ini pertanyaannya.
Setibanya di Suriah pada Agustus 2012, Emwazi bergabung kelompok bersenjata yang dikenal sebagai Katibat al-Muhajirin.
Wartawan James Harkin melaporkan, menurut Jejoen Bontinck, seorang jihadis Belgia yang berselisih dengan kelompoknya, sebagian besar jihadis Inggris yang ke Suriah bergabung Khatibat al-Muhajireen.
Jejoen Bontinck ini pernah dipenjarakan selama beberapa waktu di lokasi yang sama dengan James Foley.
Sekali lagi, Khatibat al-Muhajirin menikmati dukungan badan intelijen Inggris.
Hal ini dibuktikan sidang teror terhadap warga Swedia Bherlin Gildo, yang menurut Daily Mail berjuang untuk Khatibat al-Muhajirin juga.
The Guardian melaporkan Gildo ditahan saat transit melalui Bandara Heathrow karena dituduh oleh otoritas Inggris menghadiri kamp pelatihan teroris.
Ia menerima pelatihan senjata antara 31 Agustus 2012, dan 1 Maret 2013 – serta memiliki informasi yang mungkin berguna untuk seorang teroris.
Namun, persidangan teror itu runtuh setelah muncul ketakutan akan rasa malu yang mendalam kepada dinas keamanan Inggris.
Ini karena, seperti yang dijelaskan pengacara Gildo, “Badan intelijen Inggris mendukung kelompok oposisi Suriah yang sama seperti dia (Gildo).”
Dukungan intelijen Inggris untuk Khatibat al-Muhajireen lebih lanjut dikonfirmasi ketika mantan tahanan Guantanamo Begg dari CAGE juga diadili atas tuduhan teror.
Begg juga telah melakukan perjalanan ke Suriah beberapa kali pada 2012 dan memberikan pelatihan fisik kepada pejuang asing dari Khatibat al-Muhajirin di Aleppo, seperti dilansir Foreign Policy.
Begg melakukan perjalanan terakhirnya ke Suriah pada Desember 2012. Akibatnya, Begg kemudian ditahan otoritas Inggris dan dituduh menghadiri kamp pelatihan teroris.
The Guardian melaporkan, bagaimanapun, Begg dibebaskan setelah MI5 terlambat memberi polisi dan jaksa serangkaian dokumen yang merinci kontak ekstensif agensi dengannya sebelum dan sesudah perjalanannya ke Suriah.
Mereka menunjukkan MI5 memberi tahu Begg dia dapat melanjutkan misinya, bekerja untuk apa yang disebut oposisi di Suriah tanpa hambatan.
Singkatnya, Emwazi melakukan perjalanan ke Suriah melalui saluran yang didirikan intelijen Inggris, dan kemudian bergabung kelompok Katibat al-Muhajirin, yang didukung intelijen Inggris.
Tapi polisi Inggris memandang kelompok itu sebagai organisasi teroris.(Tribunnews.com/TheCradle/xna)