Mengapa Israel Lebih Memilih Donald Trump Sebagai Presiden AS?
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu diketahui telah menyatakan harapannya untuk kemenangan Donald Trump dalam pemilihan AS mendatang dan kembali ke Gedung Putih.
Sebuah laporan oleh media Israel, Yedioth Ahronoth mengatakan kalau Netanyahu berbicara dalam percakapan pribadi tentang bagaimana pemerintahan Demokrat, termasuk yang sekarang, telah bekerja di belakang layar untuk melemahkannya.
Baca juga: Donald Trump Presiden AS, Palestina Tambah Nelangsa, Perang Gaza Lanjut Sampai Israel Caplok Wilayah
Terlepas dari keinginannya untuk kemenangan Trump, laporan itu mencatat kalau Netanyahu harus berhati-hati tentang apa yang diinginkannya.
Trump, sosok yang sangat tidak dapat diprediksi, dapat menimbulkan tantangan yang lebih besar daripada saingannya dari Partai Demokrat, Kamala Harris.
Ulasan itu menyebut, dengan kemenangan Donald Trump, di masa jabatan kedua dan terakhirnya akan memberinya lebih banyak kebebasan untuk bertindak tanpa tekanan atau kewajiban, yang berpotensi mengejar kepentingannya sendiri.
"Misalnya, Trump mungkin tidak menghadapi tekanan yang sama dari kaum Evangelis AS pro-Israel seperti yang dia lakukan selama masa jabatan pertamanya," tulis ulasan tersebut dilansir RNTV, Jumat (8/11/2024).
Trump mungkin juga berusaha untuk menghidupkan kembali “Kesepakatan Abad Ini,” yang mencakup pembentukan negara Palestina dan normalisasi hubungan dengan Arab Saudi.
Rencana pembentukan negara Palestina yang diusulkan menguraikan konsep dua negara, dengan 70 persen Tepi Barat dan 100 persen Gaza tetap di bawah kendali Palestina.
Baca juga: VIDEO Kapal Perang Korvet Saar Israel Melintas di Terusan Suez, Mesir Bantu Tel Aviv Berperang?
Trump dapat mendorong perdamaian dengan harapan mendapatkan Hadiah Nobel dan mungkin tidak ragu untuk menekan Netanyahu untuk mencapai hal ini.
Mengenai masalah Iran, Trump diperkirakan akan mengambil sikap yang lebih keras terhadap Iran dan menawarkan dukungan yang lebih besar kepada Israel.
Di daerah lain, ia mungkin lebih responsif terhadap kepentingan Israel, seperti memfasilitasi amandemen yang dimintakan pendudukan Israel ke Resolusi PBB 1701 untuk mendorong Hizbullah lebih jauh dari perbatasan Israel.
Terlepas dari hasil pemilihan AS, Israel memasuki periode sensitif, mulai dari hari setelah pemilihan hingga pelantikan presiden baru pada 20 Januari 2025.
Presiden Joe Biden diperkirakan akan fokus pada stabilisasi Timur Tengah dan bekerja untuk mengakhiri perang sambil mengamankan kesepakatan pembebasan tawanan Israel di Gaza.
Trump diperkirakan akan menunjuk tokoh-tokoh pro-Israel, seperti Mike Pompeo, yang dapat menjabat sebagai Menteri Luar Negeri atau Pertahanan.
Mantan Duta Besar AS untuk Israel, David Friedman, juga merupakan kandidat kuat untuk peran penting, mungkin sebagai Sekretaris Negara. Calon lainnya yang ditunjuk termasuk Marco Rubio dan Nikki Haley, keduanya pendukung Pendudukan Israel yang gigih.
Sementara Jared Kushner dan Jason Greenblatt diperkirakan tidak akan kembali ke posisi resmi, mereka kemungkinan akan terus menasihati Trump.
Selain itu, Netanyahu dapat mengandalkan dukungan dari Senator pro-Israel seperti Lindsey Graham untuk mempengaruhi kebijakan Trump yang mendukung Pendudukan Israel.