TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Segera sesudah peristiwa 20 Juni 2017 di Istana Mekkah, Pangeran Mohammad bin Nayef sudah bisa dilucuti, segala sesuatu segera dikaburkan dari pandangan publik.
Pemerintah Riyadh memunculkan potongan-potongan informasi, dan sedikit propaganda, yang bocor ke pers.
Media internasional, misalnya, diberi info apa yang disebut oleh rekan-rekan Nayef sebagai klaim palsu, Nayef disingkirkan demi kepentingan nasional karena dia lumpuh, kecanduan morfin dan kokain.
Mendapatkan kebenaran sangat sulit di negara di mana negara pengawasan sangat kuat sehingga beberapa orang Saudi meletakkan ponsel mereka di lemari es saat mendiskusikan hal-hal sensitif.
Kedutaan Saudi di London dan Washington tidak menanggapi permintaan komentar untuk artikel ini.
Baca juga: Pangeran Nayef Dikurung Lalu Dipaksa Sumpah Setia ke Pangeran MBS
Baca juga: AS Lindungi Pangeran MBS dari Gugatan atas Pembunuhan Jurnalis Jamal Khashoggi
Baca juga: Presiden Joe Biden Tekan Saudi, Pangeran MBS Ingatkan Penyiksaan di Irak
Tetapi laporan terperinci tentang peristiwa 2017, dan akibatnya yang mengejutkan, sekarang dimungkinkan, berkat bocoran rahasia istana oleh beberapa bangsawan senior.
Sumber-sumber lain yang memiliki hubungan baik dengan tokoh-tokoh yang telah dilucuti oleh Pangeran MBS juga bercerita.
Kunci di antara sumber-sumber penting itu adalah seorang pria bernama Saad al-Jabri, penasihat terdekat mantan Kepala Intelijen Saudi, Pangeran Mohammad bin Nayef.
Al-Jabri dikirimi pesan pendek oleh Nayef segera setelah dia dibebaskan dari Istana Raja di Mekkah, setelah status putra mahkotanya dicabut.
Pria berusia 63 tahun itu telah lama beroperasi dalam bayang-bayang. Banyak orang yang bekerja dengannya menganggapnya tokoh non-kerajaan paling kuat di Arab Saudi.
Seorang mantan pejabat AS yang bekerja bertahun-tahun dengan Al-Jabri menggambarkannya sebagai penghubung kuat antara Arab Saudi dan kekuatan barat.
Pada tahun-tahun setelah 9/11, Al-Jabri dipromosikan menjadi kepala operasi kontra-terorisme. Bersama-sama, Al-Jabri dan Nayef sebagai pelindungnya, ia memodernisasi aparat keamanan kerajaan.
Mereka juga dituduh menargetkan aktivis damai dengan dalih kontra-terorisme dan meletakkan dasar negara polisi, yang nantinya akan dilawan oleh MBS.
Pesan teks antara Nayef dan Al-Jabri pertama kali terungkap melalui gugatan hukum di pengadilan Amerika Utara.