Howairini, yang sekarang melapor ke MBS, menjawab dia harus melakukannya. Pada 17 Juni, Howairini mengirim SMS lain ke Al-Jabri, memperingatkannya loyalis MBS “sangat ingin” menahannya juga.
Penolakan keras Pangeran MBS akhirnya memaksa Nayef membatalkan kontrak Stryk. Menurut Al-Jabri, Nayef memperingatkannya MBS telah melihat kontrak tersebut sebagai plot untuk merusak hubungannya dengan keluarga Trump.
Pada 18 Juni 2017, Al-Jabri tiba-tiba menerima SMS dari MBS, memintanya kembali ke Arab Saudi untuk membantu menyelesaikan “konflik” yang tidak ditentukan dengan Nayef.
“Saya tidak berpikir ada orang yang memahami (Nayef) lebih baik dari Anda,” tulis MBS di pesan pendek yang dikirimkan. Nadanya sangat berdamai.
Ada pertikaian antara MBS dan Al-Jabri sejak 2015, ketika Raja Salman, tampaknya atas desakan sang pangeran, memecat Al-Jabri dari posisinya karena diam-diam bertemu Direktur CIA saat itu John Brennan dan Menlu Inggris Philip Hammond tanpa melapor ke kerajaan.
Namun, Al-Jabri terus bekerja dengan Nayef secara informal, memandang pemecatannya sebagai salah satu dari banyak upaya MBS untuk melemahkan pelindungnya.
“Mari kita lupakan masa lalu,” tegas MBS. “Apakah kita anak-anak hari ini? Maafkan aku dan bebaskan aku dari hadapan Tuhan. Kapan kau kembali?" tanya MBS.
Aljabri menjawab dia harus pergi untuk perawatan medis. Dua hari kemudian, MBS melancarkan kudeta.
Di bulan-bulan setelah kudeta, Al-Jabri terus bersembunyi di Turki. Keluarga dekatnya ada bersamanya, kecuali dua anaknya yang, pada hari kudeta, dicegah naik pesawat di Riyadh.
Dia diam-diam tetap berhubungan dengan Nayef yang gerak-geriknya dibatasi. Sementara itu, MBS bergerak cepat untuk memperketat cengkeramannya.
MBS membersihkan Kementerian Dalam Negeri dari para loyalis Nayef. Ini termasuk fungsi-fungsi utama departemen itu seperti kontra-terorisme.
Langkah-langkah keras di awal oleh MBS menimbulkan perbedaan pandangan. Para ulama dan intelektual berpengaruh yang punya pengikut besar ditangkapi pada September 2017.
MBS Minta Al-Jabri Pulang
Pada bulan yang sama, Al-Jabri memohon kepada MBS untuk mengizinkan anak-anaknya meninggalkan Arab Saudi.
Namun MBS bersikeras agar Al-Jabri kembali terlebih dahulu untuk membahas berkas yang sangat sensitif terkait Nayef.
"Dokter, ke mana kami harus mengirim pesawat untuk menjemputmu?" tanya MBS dalam pesan teks.
Aljabri tidak berniat untuk kembali, tetapi juga berusaha meyakinkan MBS dia tidak menimbulkan ancaman. Dalam pesan-pesan yang dipenuhi kata-kata hampa, Al-Jabri berjanji setia kepada MBS.
“Saya memiliki banyak informasi negara yang sensitif, tetapi meskipun demikian saya tidak pernah membocorkan apa pun kepada siapa pun,” tulis Aljabri.
Sambil mengoceh tentang contoh kesetiaannya, dia menulis dia telah secara terbuka membantah klaim “Mujtahid” – seorang pembocor rahasia kerajaan anonim di Twitter yang telah lama menjadi duri di pihak keluarga kerajaan Saudi.
“Takdir apa yang menanti saya jika saya kembali (ke Saudi)? Bukankah lebih baik bagi saya untuk tetap berada di luar kerajaan, di mana saya tetap setia pada aturan Anda, menolak untuk mengatakan apa pun yang berbahaya … dan bekerja sama dengan Yang Mulia dalam segala hal yang bermanfaat bagi kebaikan bersama?” jawabnya.
MBS tidak tergerak. Dia kembali mengirim pesan pendek ke Al-Jabri bahwa dia akan mengejarnya menggunakan segala cara yang tersedia.
Ancaman tersebut mendorong Al-Jabri melarikan diri dari Turki ke Kanada akhir bulan itu. Pada akhir 2017, Arab Saudi mencoba menangkap Al-Jabri melalui Interpol.
Ia dituduh mencuri dana negara senilai miliaran, dan Riyadh menekan Kanada untuk menyerahkannya. Kedua usaha itu gagal.
Kemudian, pada Oktober 2018, menurut Al-Jabri, dia mendapat peringatan dari mata-mata di negara Timur Tengah, yang mengatakan kepadanya dia adalah target pembunuhan.
Ia disarankan menjauh dari kedutaan dan konsulat Saudi. (Aljabri meminta nama negara dirahasiakan karena takut pembalasan Saudi.)
Pada bulan yang sama, agen perbatasan Kanada diperkirakan telah mencegat dan mendeportasi anggota Pasukan Harimau, tim pembunuh bayaran yang disponsori Saudi, saat mereka mencoba memasuki negara tersebut dengan visa turis.
Riyadh membantah keterlibatan apa pun tetapi dugaan plot, yang secara implisit diakui oleh otoritas Kanada.
Sebuah regu pembunuh yang modus operandinya mirip dengan tim yang mengeksekusi jurnalis Jamal Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul Turki.(Tribunnews.com/Guardian/xna)
KISAH BERIKUTNYA : Saeed Al-Jabri Dapat Perlindungan Khusus dari Agen Rahasia di Washington