TRIBUNNEWS.COM - Turki menempatkan tentaranya, Border Eagles, di perbatasan darat antara Turki dengan Suriah.
Tentara Border Eagles ini bertugas mengawasi pergerakan militan Kurdi yang berada di Suriah.
Border Eagles berafiliasi dengan Komando Resimen Perbatasan pertama dan ketiga, meliputi provinsi Kilis, Gaziantep dan Şanlıurfa.
Mereka berjaga di garis perbatasan 24 jam selama seminggu non-stop.
Border Eagles mengawasi garis perbatasan seperti elang, secara aktif menggunakan senjata dan peralatan domestik dan nasional yang canggih dalam perang melawan terorisme.
Baca juga: Turki Sebut Militan Kurdi PKK, YPG dan PYD adalah Target Sah Operasi Militer di Perbatasan
Tentara Turki ini juga bertugas mencegah penyeberangan dan penyelundupan ilegal, seperti diberitakan Daily Sabah.
Tentara Turki dilengkapi peralatan pengintaian modern
Pengawasan ini dilengkapi dengan Sistem Sensor Elektro-Optik "DRAGONEYE" yang diproduksi oleh Aselsan dan merupakan bantuan terbesar bagi tentara Border Eagles.
Border Eagles terus memantau perbatasan dari menara pengawas di balik dinding beton modular yang terbuat dari balok seberat tujuh ton.
Masing-masing dinding panjangnya 3 meter (9,8 kaki) dan lebar 2 meter.
Border Eagles secara aktif menggunakan perangkat Sistem Sensor Elektro-Optik "DRAGONEYE", yang memiliki fitur visibilitas tinggi, deteksi dan diagnosis siang dan malam.
Jebakan video
Mereka juga menggunakan jebakan video yang sensitif terhadap gerakan dan bertenaga surya, terutama di area kritis.
Jebakan video akan langsung mengambil gambar dan mengirimkannya ke pusat kendali jika ada sesuatu yang melewatinya.
Jika situasi negatif terdeteksi, tim menunggu dikirim ke titik tersebut.
Baca juga: Saad Al-Jabri Lolos dari Turki, Sembunyi di Kanada dan Kini di Amerika
Radar pencitraan bawah tanah
Tentara juga menggunakan teknologi untuk mendeteksi terowongan yang dibuka untuk melintasi perbatasan.
Teknologi ini disebut radar pencitraan bawah tanah, yang dipasang pada empat roda.
Radar modern ini dapat bergerak, mendeteksi lubang, ruang, dan terowongan di bawah tanah dengan gelombang elektromagnetik.
Dalam misi pengawasannya, Border Eagles ditemani anjing terlatih dari ras berbeda untuk berpatroli.
Ketika cuaca buruk, Border Eagles mengandalkan anjing-anjing ini untuk mendeteksi jalur ilegal dengan hidungnya yang sensitif.
Ancaman serangan militan di perbatasan Suriah dan Turki
Saat ini, sebagian besar perbatasan selatan Turki dengan Suriah diduduki oleh cabang Suriah kelompok teroris PKK, YPG, yang didukung oleh sekutu NATO Turki, Amerika Serikat.
Bersama teroris YPG, anggota kelompok teroris Daesh juga mencoba menyusup ke perbatasan selatan Turki untuk melakukan serangan teroris di negara tersebut.
Sejak tahun 2021, Turki telah memaksimalkan tindakannya di perbatasan timur untuk menghadapi potensi gelombang migran baru akibat ketidakstabilan di Afghanistan.
Langkah-langkah peningkatan perbatasan di Turki dimulai ketika Taliban mulai bergerak maju di Afghanistan dan mengambil alih Kabul.
Turki sebenarnya telah menampung hampir empat juta pengungsi Suriah.
Negara ini juga menjadi transit bagi banyak migran yang mencoba mencapai Eropa.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah meminta pertanggungjawaban negara Eropa atas lonjakan gelombang migran dari Eropa yang transit ke Turki.
Baca juga: Paramiliter Kurdi Akan Bakar Perbatasan Jika Turki Lancarkan Serangan Darat
Kekhawatiran pimpinan militan SDF
Komandan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) di Suriah utara, Mazloum Abdi, mengatakan kemungkinan besar target serangan darat Turki adalah kota Ain Al-Arab di pedesaan timur Aleppo.
Ia mengaku kecewa dengan Amerika Serikat dan Rusia yang tidak ada upaya serius menghalangi Turki.
Sementara itu, sumber diplomatik Turki mengatakan operasi militer Turki ke Suriah utara akan dilakukan secara bertahap, seperti diberitakan Middle East Monitor.
Fase awal operasi militer mungkin akan menargetkan wilayah Tal Rifaat, Ain Al-Arab dan Manbij.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Turki