Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Pemerintah Kota Beijing pada Selasa (6/12/2022) mulai melonggarkan pembatasan Covid-19 yang beberapa waktu lalu sempat menimbulkan kerusuhan besar-besaran.
Dilansir dari Aljazeera, otoritas setempat mengatakan bahwa mulai Selasa (6/12/2022) para penduduk di ibukota Beijing tidak lagi memerlukan tes negatif Covid-19 untuk memasuki supermarket dan bangunan komersial.
Namun, warga tetap harus memberikan hasil tes negatif untuk memasuki tempat lain, seperti sekolah, bar, ruang karaoke, kafe internet, pusat kebugaran dalam ruangan, dan panti jompo.
Baca juga: Presiden China Xi Jinping Tidak Mau Terima Vaksin Covid-19 Buatan Barat
Seperti diketahui, pelonggaran pembatasan terjadi setelah setidaknya selusin kota di seluruh China telah melonggarkan pembatasan Covid-19 dalam beberapa hari terakhir menyusul tampilan pembangkangan sipil terbesar dalam beberapa dekade pada bulan lalu.
Aksi protes yang menyebar ke lebih dari 20 kota di China, yang dimulai pada 25 November di tengah klaim bahwa pembatasan Covid-19 di Xinjiang barat jauh telah berkontribusi pada jumlah kematian akibat kebakaran gedung apartemen yang menewaskan sedikitnya 10 orang.
Pihak berwenang langsung membantah bahwa penguncian telah menjebak para korban atau menghambat upaya penyelamatan.
Adapun, Shanghai pada Minggu (4/12/2022) juga telah melonggarkan pembatasan dengan membatalkan tes Covid-19 untuk warga yang ingin naik transportasi umum dan beraktivitas di area luar ruangan seperti taman dan tempat wisata.
Di sisi lain, banyak analis memperingatkan bahwa pembukaan kembali yang cepat tidak mungkin terjadi karena cakupan vaksinasi yang buruk di negara itu.
"China belum siap untuk membuka kembali dengan cepat," kata Morgan Stanley dalam sebuah laporan.
Pekan lalu, Beijing telah meluncurkan rencana untuk memvaksinasi jutaan orang China berusia 70-an dan 80-an.
Sementara itu, komisi kesehatan nasional menyebut hingga saat ini ada sekitar 40 persen orang China berusia di atas 80 tahun yang telah menerima vaksin dosis ketiga, jauh lebih sedikit daripada di negara lain.