Dilaporkan hari ini, Militer Korea Utara memerintahkan unit-unit garis depan untuk menembakkan artileri ke laut sebagai tanggapan atas latihan bersama pasukan Amerika Serikat dan Korea Selatan di wilayah perbatasan pedalaman.
Perintah pada Selasa itu datang sehari setelah Korea Utara menembakkan sekitar 130 peluru artileri ke perairan dekat perbatasan laut barat dan timur dengan Korea Selatan, Aljazeera melaporkan.
Seorang juru bicara militer Korea Utara mengatakan serangan artileri terbaru yang direncanakan dimaksudkan sebagai "peringatan keras" ke Seoul.
Serangan itu juga sebagai tanggapan atas latihan artileri Korea Selatan di wilayah perbatasan.
Pejabat itu meminta Seoul untuk segera menghentikan aksi militernya yang "provokatif".
Militer Korea Selatan dan Amerika Serikat saat ini sedang melakukan latihan tembakan langsung yang melibatkan beberapa sistem peluncuran roket dan howitzer di dua tempat pengujian terpisah di wilayah Cheorwon.
Latihan itu dimulai pada hari Senin (5/12/2022) dan akan berlanjut hingga Rabu.
Barat mengatakan latihan itu diperlukan untuk mencegah Korea Utara yang bersenjata nuklir, untuk melanjutkan uji coba nuklir lagi.
Pada hari latihan dimulai, militer Korea Utara mengatakan mereka mendeteksi lusinan proyektil Korea Selatan yang terbang ke tenggara dari wilayah Cheorwon.
Korea Utara lantas menginstruksikan unit pesisir barat dan timurnya untuk menembakkan artileri sebagai peringatan.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan peluru yang ditembakkan Korea Utara jatuh di sisi utara zona penyangga yang dibuat berdasarkan perjanjian antar-Korea 2018 untuk mengurangi ketegangan militer.
Ini adalah pertama kalinya Korea Utara menembakkan senjata ke zona penyangga maritim sejak 3 November, ketika sekitar 80 peluru artileri mendarat di sisi zona Korea Utara di lepas pantai timurnya.
Selain tembakan artileri, Korea Utara telah meluncurkan lusinan rudal tahun ini, termasuk beberapa uji coba sistem rudal balistik antarbenua yang berpotensi mencapai daratan AS.
Korea Utara juga telah melakukan serangkaian peluncuran jarak pendek yang digambarkannya sebagai simulasi serangan nuklir terhadap target Korea Selatan dan AS.
Serangan simulasi itu sebagai reaksi kemarahan terhadap perluasan latihan militer bersama AS-Korea Selatan yang dipandang Korea Utara sebagai latihan untuk potensi invasi.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)