Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani, Perdana Menteri Maroko Aziz Akhannouch dan Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati juga mengonfirmasi kehadiran mereka.
Kunjungan Xi Jinping menjadi saksi upaya kedua belah pihak untuk meningkatkan pertukaran orang-ke-orang antara kedua negara.
Xi Jinping dikutip media Saudi mengatakan, China dan Arab Saudi telah saling mengagumi dan melakukan pertukaran persahabatan sejak zaman kuno.
Rasa saling menghormati tersebut telah dilakukan hingga saat ini. China setuju mendaftarkan Arab Saudi sebagai tujuan perjalanan kelompok dan memperluas pertukaran personel serta pertukaran budaya dan orang-ke-orang antara kedua belah pihak.
Para ahli percaya hubungan China-Saudi memainkan peran penting dalam meningkatkan hubungan antara China dan negara-negara Arab, sebagai contoh kerja sama Selatan-Selatan.
Sebagai satu-satunya anggota G20 di antara negara-negara Arab, Arab Saudi telah melihat pengaruh regionalnya tumbuh.
Kini lebih banyak negara Arab menyadari China mempromosikan perdamaian dan pembangunan di kawasan, sementara AS lebih banyak memicu konflik.
Abdulaziz O. Sager, Kepala Pusat Penelitian Teluk di Arab Saudi mengatakan kepada Global Times hubungan China-Arab Saudi adalah contoh baik di kawasan Timur Tengah.
Hubungan yang hebat didasarkan pada saling menguntungkan kepentingan dan non-intervensi dalam masalah domestik dari kedua belah pihak.
"Kami tidak akan ikut campur dalam masalah antara AS dan China. Kami tidak akan mengambil posisi AS terkait China. Kami pikir hubungan kami dengan China sangat penting, dan sangat berharga," kata Sager.
“Ada banyak hal yang saling melengkapi antara BRI dan visi Saudi 2030,” kata Sager, mencatat ini membuka banyak peluang bagi China dan Arab Saudi untuk memiliki ikatan yang lebih kuat.
Di masa lalu, banyak negara Timur Tengah dipandang sebagai proksi barat tetapi sekarang mencoba untuk menghilangkan identitas tersebut dengan mengerjakan pembangunan sendiri.
Mereka mencari keseimbangan dalam kerja sama dengan negara-negara besar. Hal ini dikemukakan Zhu Weilie, Direktur Timur Tengah Studies Institute di Shanghai International Studies University.
"Hubungan strategis China-Saudi kini telah memasuki tingkat baru yang mencakup lebih banyak bidang, dan kedua negara memiliki aspirasi yang sama dalam pembangunan dan reformasi negara, terutama dalam energi hijau dan ekonomi digital," kata Zhu.