TRIBUNNEWS.COM - Tim penyelidik Pakistan meyakini penembakan jurnalis Arshad Sharif di Kenya adalah pembunuhan berencana.
Pejabat Kenya membantah tuduhan itu.
Mereka mengatakan penembakan Arshad Sharif adalah kasus kesalahan identitas saat polisi Kenya memburu pencuri mobil dan tak sengaja menembaki kendaraannya.
Tak percaya dengan klaim Kenya, dua orang tim pencari fakta Pakistan pergi ke Kenya untuk penyelidikan.
Mereka melakukan sejumlah wawancara, memeriksa dan merekonstruksi TKP, serta memeriksa telepon dan komputer almarhum.
Baca juga: ISIS Afghanistan Akui Coba Lenyapkan Diplomat Pakistan di Kabul
Dalam laporan setebal 600 halaman, tim penyelidik Pakistan menemukan adanya skenario pembunuhan Arshad Sharif.
"Kedua anggota (tim pencari fakta) memiliki pemahaman yang dipertimbangkan bahwa ini adalah kasus pembunuhan bertarget terencana dengan karakter transnasional daripada kasus kesalahan identitas," kata laporan itu.
Salinan laporan itu telah diserahkan ke Mahkamah Agung Pakistan.
"Kemungkinan besar penembakan dilakukan, setelah membidik dengan tepat, pada kendaraan yang tidak bergerak," kata pihak Mahkamah Agung Pakistan, Jumat (9/12/2022), dikutip dari VOA Internasional.
Kenya lakukan penyelidikan
Pihak berwenang Kenya menolak mengomentari secara spesifik laporan tersebut.
"Penyelidikan masalah ini masih berlangsung, jadi tidak banyak yang bisa saya ceritakan," kata Juru Bicara Kepolisian Nasional Kenya, Resila Onyango.
Pemerintah Kenya mengatakan tim multi-lembaga Kenya sedang melakukan penyelidikan.
Tim itu akan memberi tahu pihak berwenang ketika mereka selesai dengan penyelidikan.
Ketua pengawas polisi Kenya Otoritas Pengawasan Polisi Independen, Anne Makori, juga mengatakan penyelidikan masih berlangsung.
Baca juga: Bom Bunuh Diri Taliban Pakistan Serang Polisi Pengawal Tim Vaksinasi Polio, 4 Orang Meninggal Dunia
Adanya memar dan bekas luka
Sebelum laporan rilis, Menteri Dalam Negeri Pakistan Rana Sanaullah mengatakan tubuh Arshad Sharif memiliki memar dan bekas penyiksaan.
Tanda ini menunjukkan pembunuhan Arshad Sharif yang disengaja.
Tim pencari fakta juga menyoroti satu luka khususnya di punggung Arshad Sharif.
Tim mengatakan luka itu tampaknya ditimbulkan oleh serangan dari jarak yang relatif dekat.
Laporan itu mencatat tidak ada tanda penetrasi peluru yang sesuai di kursi tempat Arshad Sharif duduk ketika penembakan terjadi.
"Cedera itu pasti disebabkan sebelum wartawan (Arshad Sharif) masuk ke dalam kendaraan, atau tembakan dilepaskan dari jarak yang relatif dekat, kemungkinan dari dalam kendaraan, dan hampir pasti bukan kendaraan yang bergerak," kata laporan itu.
Baca juga: Taliban Pakistan Akhiri Gencatan Senjata dengan Pemerintah, Perintahkan Pejuangnya Kembali Bergerak
Kronologi kematian Arshad Sharif
Kasus ini bermula ketika Arshad Sharif melarikan diri dari Pakistan.
Arshad Sharif ditembak mati di Nairobi, Kenya pada Oktober 2022.
Ia beralasan ada yang mengancam nyawanya setelah pemerintah menyoroti beberapa kasus makar kepadanya.
Salah satu kasus makar bermula dari pelaporan berita yang dilakukan Arshad Sharif, seperti diberitakan The Guardian.
Ujungnya, ia dituduh telah menyebarkan seruan dari seorang pejabat di pemerintahan sebelumnya, agar anggota angkatan bersenjata melakukan pemberontakan.
Baik Arshad Sharif maupun pejabat di pemerintahan sebelumnya membantah menghasut pemberontakan.
Mantan Perdana Menteri Khan mengatakan Arshad Sharif dibunuh karena pekerjaan jurnalistiknya.
Dia dan Perdana Menteri Shehbaz Sharif, yang tidak terkait dengan jurnalis itu, telah menyerukan penyelidikan yudisial.
Hasil otopsi
Laporan tim pencari fakta juga menunjukkan kontradiksi yang nyata dalam laporan otopsi di Kenya dan Pakistan.
Laporan post-mortem di Pakistan mengidentifikasi 12 luka di tubuh Arshad Sharif sedangkan laporan Kenya mengidentifikasi hanya dua luka yang berkaitan dengan luka tembak.
Laporan tim pencari fakta mengatakan para dokter percaya luka-luka itu mungkin akibat penyiksaan atau perkelahian.
Namun, hal itu tidak dapat dipastikan sampai diverifikasi oleh dokter yang melakukan otopsi di Kenya.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Pakistan