Bialiatski sebelumnya menghabiskan tiga tahun di penjara dan dibebaskan pada tahun 2014.
Matviichuk menyebut Bialiatski sebagai orang yang sangat berani.
"Dia akan melanjutkan pertempuran ini bahkan di penjara," katanya.
Diberitakan sebelumnya, trio dari tiga negara di pusat perang di Ukraina menerima Penghargaan Nobel Perdamaian pada hari Sabtu (10/12/2022), France24.com melaporkan.
Para pemenang menyerukan perjuangan tanpa henti melawan invasi pemimpin Rusia Vladimir Putin di Ukraina.
Advokat hak Belarusia yang dipenjara Ales Bialiatski, organisasi Rusia Memorial dan Pusat Kebebasan Sipil Ukraina (CCL) dihormati oleh komite Nobel atas perjuangan mereka untuk hak asasi manusia, demokrasi, dan hidup berdampingan secara damai dalam menghadapi otoritarianisme.
"Rakyat Ukraina menginginkan perdamaian lebih dari siapa pun di dunia," kata kepala CCL, Oleksandra Matviichuk.
"Tapi perdamaian tidak bisa dicapai oleh negara yang diserang dengan meletakkan senjatanya."
Didirikan pada tahun 2007, CCL telah mendokumentasikan kejahatan perang yang diduga dilakukan oleh pasukan Rusia di Ukraina.
Dugaan kejahatan perang Rusia termasuk menembaki bangunan tempat tinggal, gereja, sekolah dan rumah sakit, mengebom koridor evakuasi, pemindahan paksa orang, dan penyiksaan.
Karena pemboman infrastruktur energi Ukraina oleh Rusia, Matviichuk harus menulis pidato penerimaan Nobelnya dengan cahaya lilin, katanya kepada AFP.
Dalam sembilan bulan sejak dimulainya invasi Rusia, CCL telah mendokumentasikan lebih dari 27.000 kasus dugaan kejahatan perang, yang katanya baru ujungnya saja.
"Perang mengubah orang menjadi angka. Kita harus merebut kembali nama semua korban kejahatan perang," kata Matviichuk dalam pidatonya.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memberi selamat kepada Matviichuk, CCL dan semua pembela hak asasi manusia.
Zelensky juga menekankan bahwa upacara tersebut berlangsung tepat pada Hari Hak Asasi Manusia Internasional.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)