Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, TAIPEI – Angkatan militer Taiwan dilaporkan tengah sibuk melakukan latihan perang dengan menerjunkan sejumlah pesawat tempur canggih seperti F-16, latihan ini digelar di tengah memanasnya konflik geopolitik antara Beijing dan Taipei.
Latihan tersebut diketahui publik setelah sejumlah jet tempur melakukan manuver di kawasan Taichung, kota terbesar kedua di Taiwan.
Salah satu warga mengungkap bahwa pesawat tempur F-16 terbang melewati atap gedung pencakar langit kota, menuju arah barat tepatnya ke kawasan zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) yang terletak di Selat Taiwan.
Memanasnya konflik antara China dan Taiwan menjadi salah satu alasan mengapa pemerintah Taipei saat ini gencar meningkatkan latihan perang.
Baca juga: China Kirim 18 Bomber Berkemampuan Nuklir ke Zona Pertahanan Udara Taiwan
Konflik yang terjadi pada kedua wilayah tersebut mulai pecah setelah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Nancy Pelosi mengadakan kunjungan ke kawasan Taiwan pada Agustus lalu, kedatangan ketua parlemen AS di Taipei itu awalnya dimaksudkan untuk mempererat kemitraan AS dengan sejumlah negara di kawasan Indo-Pasifik.
Namun, presiden Xi Jinping menganggap bahwa kunjungan AS dapat mempengaruhi Taiwan untuk keluar dari bagian China.
Alasan ini yang kemudian mamatik amarah pemerintah China, hingga mereka nekat melakukan serangan rudal dan latihan militer di kawasan perbatasan selat Taiwan.
Tak hanya itu pemerintah Xi bahkan turut mengirimkan 18 pesawat pembom bertenaga nuklir H-6 ke zona pertahanan udara Taiwan.
Meningkatnya intensitas serangan yang dilakukan China terhadap Taiwan, yang kemudian mendorong Taiwan untuk meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan latihan perang.
Tak hanya anggota militer yang ikut dalam pelatihan senjata, jutaan warga sipil belakangan juga ikut melakukan latihan demi meningkatkan ketahanan negara dalam menghadapi serangan lanjutan.
“Kebanyakan warga sipil Taiwan tidak tahu apa harus dilakukan jika serangan China terjadi, alasan ini mendorong kami untuk mengajarkan cara untuk membela diri apabila perang pecah,” jelas pelatih organisasi pertahanan sipil, Akademi Kuma, yang didirikan oleh akademisi Puma Shen dan aktivis Ho Cheng-Hui.
Tak tanggung – tanggung guna mendorong pertahanan negara, pemerintah Taiwan bahkan rela mengguyurkan dana 100 juta dolar AS hanya untuk memberikan pelatihan perang bagi warga sipil.
Mengutip dari Al Jazeera, dalam latihan perang para ini warga sipil yang tergabung ke kamp pelatihan akan diajarkan pelajaran teoretis dan keterampilan dasar.
Pemerintah Taiwan tak sendiri pihaknya dibantu oleh lembaga akademisi militer Kuma, untuk mendidik dan mengajarkan pelajaran teoretis dan keterampilan dasar pada para warga sipil .
“Kami tidak mengajarkan atau mendorong kekerasan tetapi kami mengajarkan orang-orang bagaimana membela diri mereka sendiri dan satu sama lain sehingga jika perang pecah, semua orang tahu bahwa mereka memiliki peran untuk dimainkan," ujar pelatih Kuma.