TRIBUNNEWS.COM - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menaikkan upah minimum pekerja sejumlah 55 persen mulai tahun 2023, Kamis (22/12/2022).
Kenaikan upah di Turki ini terjadi di tengah inflasi dan krisis biaya hidup yang melanda negara itu.
Erdogan mengatakan kenaikan ini bertujuan mengurangi dampak dari lonjakan biaya hidup di Turki.
Tingkat inflasi Turki saat ini berada pada level 84,4 persen, tertinggi selama 24 tahun terakhir.
Dalam pidatonya, Erdogan mengatakan gaji minimum bulanan akan ditingkatkan menjadi 8.500 lira ($455) mulai tahun 2023.
Lebih dari 40 persen tenaga kerja Turki memperoleh pendapatan terendah yang diizinkan oleh undang-undang, seperti diberitakan CNBC Internasional.
Baca juga: Presiden Turki Erdogan Ingin Temui Presiden Rusia dan Suriah tanpa Campur Tangan AS
Inflasi di Turki telah membawa jutaan orang ke dalam kesulitan keuangan, memukul bisnis kecil, hingga warga Turki sulit membeli barang-barang kebutuhan pokok.
Kenaikan upah di Turki 2023 akan naik dua kali lipat dari upah 2022.
Erdogan mengisyaratkan upah minimum bisa lebih tinggi.
“Jika kami melihat situasi yang tidak terduga, kami tidak akan ragu untuk melakukan penyesuaian sementara,” katanya, seperti dikutip dari Middle East Eye.
“Sebagai pemerintah yang telah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pekerja kami, kami tidak akan membiarkan hak siapa pun hilang. Kami di sini untuk bangsa kami," tambahnya.
Baca juga: Presiden Turki Erdogan Tagih Janji Putin soal Komitmen Rusia Bersihkan Militan Kurdi di Suriah
Erdogan optimis tingkat inflasi akan turun
Recep Tayyip Erdogan optimis langkah ini akan menurunkan tingkat inflasi di Turki.
Selain menaikkan upah, Erdogan telah merespons inflasi di Turki dengan memberlakukan aturan ekonomi yang kompleks.
Tujuannya adalah mengendalikan inflasi agar tidak semakin tinggi.
Erdogan berjanji inflasi akan melambat menjadi 20 persen pada akhir tahun depan.
"Kami akan menyaksikan penurunan cepat tingkat inflasi mulai bulan ini," katanya dalam pidato di televisi, Kamis (22/12/2022).
Baca juga: Erdogan Kritik Seruan Josep Borrell agar Turki Ikut Jatuhkan Sanksi terhadap Rusia
Inflasi Turki
Sebagai tambahan informasi, krisis ekonomi terbaru Turki dimulai ketika Erdogan menekan bank sentral untuk menurunkan harga konsumen yang sangat tinggi dengan menurunkan biaya pinjaman.
Pendekatan Erdogan memicu krisis mata uang yang membuat lira (mata uang Turki) kehilangan hampir setengah nilainya dalam hitungan minggu pada akhir 2021 lalu, seperti diberitakan France24.
Tingkat inflasi resmi Turki sebesar 84,39 persen berarti bank kehilangan 75,39 persen dari nilai pinjaman jika mereka meminjamkan uang selama setahun dengan tingkat bunga resmi.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Inflasi Turki